TIANG
– TIANG RUNTUH
Karya
: Khusnul Ro’ifah
Kehidupan
kadang tak sejalan dengan apa yang kita rencanakan. Kadang kehidupan itu bagai
surga bagi kita, kadang pula kehidupan bagai penjara bahkan bagai neraka bagi
kita.
***
Sebuah
keluarga dengan liku-liku kehidupan, keluarga terpandang, keluarga kaya raya,
tapi sayang, tak dilandasi dengan kasih sayang. Pertengkaran dan cacian seolah
menjadi makanan sehari-hari bagi mereka.Pak Nasrudin dan Bu Sriatun serta keempat
anaknya, Tukimen, Tukijah, Tukinah, dan Tukiyah.
Pak Nasrudin adalah
kepala keluarga yang sangat keras, kesibukannya membuat hatinya tertutup
menjadi seorang suami dan ayah sepenuhnya, celotehan dan pukulan telah menjadi
menu Bu sriatun yang telah menemani hidupnya, begitu sabar dan tabah Bu Sriatun
menjalani itu semua. Pak Nasrudin sangat memanjakan Tukijah dan Tukinah,
menjadikan mereka sosok anak yang sombong, angkuh, serakah bahkan berani
melawan ibunya. Berbeda dengan Tukiyah, dia sangat menghormati kedua orang tuanya,
baik hatinya dan sayang keluarga, akan tetapi Tukimen telah masuk kedalam dunia
hitam, jauh sekali masuk kedalam jurang penuh dusta, hidupnya porak poranda,
dia merasa tiada lagi yang sayang apa lagi peduli padanya.
Setiap hari
anak-anak Bu Sriatun pergi sekolah, seperti
biasa juga Tukijah dan Tukinah pamer dengan kayanya, berjalan kesana
kemari ala artis terkenal dadakan nunggu panggilan syuting yang nggak kepanggil-panggil.
hhmmm BeTe-jugakan jadinya???
Seusai sekolah
mereka juga tak langsung pulang hingga larut sangat malam, mereka pergi kesebuah
diskotik,menghibur diri dari cengkerama keluarga yang penuh dengan amarah, tak
ketinggalan Tukimen dengan sebotol minuman haram ditangannya, menciptakan
dirinya bagai disurga. Bu Sriatun menunggu mereka dan sangat khawatir , begitu
juga Tukiyah yang selalu menemani Ibunya yang selalu menjadi sasaran tangan
maupun kaki ayahnya ketika pulang kerumah. Dan pertengkaranpun terjadi,
“Hey, dimana
anak-anakmu?” Pak Nasrudin membentak
“Mereka belum pulang yah, gak tau kemana, Ibu juga khawatir
yah.” Bu Sriatun menangis
“Lihat! Ini gara-gara kamu! Gak pecus kamu jadi Ibu, apa
kamu gak bisa bimbing anak-anakmu!!!.”
“Kenapa aku saja yang kau salahkan yah, mereka juga anakmu,
bukan saja anakku!!.” semakin tersedu-sedu dan tegas dengan kata-kata Bu
Sriatun
“Ahh, sudah! Diam kau!!!” Pak Nasrudin menampar Bu Sriatun
“Sudah yah sudah, kasihan Ibu yah...” Tukiyah sambil
menangis dan memeluk Ibunya
“Kau sama saja dengan Ibumu!!!”
Malam semakin
larut, Pak Nasrudin dan Bu Sriatun serta Tukiyah menghabiskan malam dengan
kegelisahan dan menunggu anak-anak mereka sampai kepintu rumah.
Disela kegelisahan mereka
pertengkaranpun terjadi kembali, membuat Bu Sriatun sangat tertekan, Bu Sriatun
adalah sosok istri yang sangat berbakti, seorang Ibu yang sayang dan
memperhatikan anak-anaknya, ditengah pertengkaran mereka akhirnya Tukijah dan
Tukinah pulang dengan terengos-engos,
“Dari mana saja kalian nak... Ibu khawatir dengan kalian.”
“Habis ngerjain PR bu, capek tau dikejar-kejar anjing!”
Tukijah menjawab dan menutupi kejadian sebenarnya
“Sana-sana buatin minum, haus ni haus...!!” Tukinahpun
menyela
“Tuh lihat! Mereka belajar sampai larut malam, gak kayak
anak kamu, bisanya nangis dan enak-enakan dirumah! Ibu macam apa kamu, mendidik
saja gak pecus.” jari telunjuknya menunjuk Tukiyah yang disamping Bu Sriatun
“Tau tuh, nangis aja tugasnya, sudah-sudah buatin air
hangat, mau mandi ni, capek tau.”
Tukinah
mendorong Bu Sriatun dan Tukiyah, Bu Sriatun tetap tabah, hanya diam dan
menangis meratapi perlakuan kedua anaknya serta suaminya terhadap dirinya. Sungguh,
sesungguhnya mereka telah durhaka pada Ibunya, tak sepantasnya hal itu mereka
berikan kepada seorang yang telah membesarkan mereka dengan penuh kasih sayang
dan tak sedikitpun mengharap imbalan dari mereka, sungguh kejam...
Beberapa menit
kemudian terdengar ketukan pintu, dibukalah pintu oleh pak Nasrudin. Ternyata petugas
kepolisian bersama Tukimen dengan keadaan setengah sadarkan diri akibat minuman
haram yang diteguknya terjaring dan diamankan serta dipulangkan kerumahnya. Kemudian
tak lama petugas kepolisian beranjak pergi dari rumah pak Nasrudin.
Setelah Petugas kepolisian tak terlihat
lagi,
“Apa-apaan kau! Memalukan.!!” Pak Nasrudin menampar Tukimen
sampai jatuh kelantai dan berguling
“Lihat anakmu! Seharusnya menjadi contoh! bukan bejat
seperti ini!!” lanjut Pak Nasrudin
“Sudah yah sudah, jangan apa-apakan anakku yah.” Bu Sriatun
menangis dan berusaha membangunkan Tukimen
“Hahaaa... Apaan sih kamu! Hah!!! aku capek mendengar
pertengkaran kalian, hahaa hidup ini bagai neraka tau gak log aku ketemu kalian,
hahaha Alkohol ini baru surgaku, hahahahhhaaaa,.” dengan nada khas pemabuk dan menyingkirkan
Bu Sriatun yang berusaha membangunkannya
“Anakku.” Bu Sriatun terlempar dan terjatuh
“Ibu....”
Tukiyah
menangis dan berusaha membangunkan Bu Sriatun, akan tetapi Bu Sriatun lemas dan
tak kuat lagi menyangga badannya. Tukiyah berusaha menjelaskan kepada ayahnya
jika sebenarnya Ibunya mengidap penyakit yang serius, sangat sayang pada
keluarganya, mencintai suami dan anak-anaknya, tapi Pak Nasrudin tetap acuh dan
tak mau tau, begitu juga Tukijah dan Tukinah tersenyum kecut melihat Ibunya
terjatuh, Tukiyah terus berusaha membangunkan Ibunya dari kedua kelopak matanya
yang tertutup, Bu sriatun mencoba membuka matanya,
“anak-anakku... Ibu sangat menyayangi kalian, maaf nak jika
Ibu tak sempuna seperti yang kalian mau. Ayah, Ibu sangat mencintaimu yah, Ibu
bersyukur mempunyai suami yang terbaik sepertimu, Ibu minta maaf yah, yang
hanya memberimu segudang bencana. Mungkin ini hari terakhir aku melihat kalian,
sungguh aku sangat bahagia sekali melihat kita berkumpul seperti ini..” Bu Sriatun tersenyum menahan
sakitnya
“I i i buu,.. apa yang sedang kau katakan!” Tukijah dan
Tukinah duduk menghampiri dan memegang tangan Ibunya
“Tukimen anakku, dengarkan Ibu nak, bimbing adik-adikmu
menjadi saudara yang baik, menjadi anak-anak yang sholehah, begitu juga dengan kamu,
jadi laki-laki yang hebat ya nak, kamu bisa menjadi contoh yang baik untuk
adik-adikmu, karena Ibu sangat percaya sama kamu. Ayah... Suamiku tercinta,
sungguh di dunia ini yang paling sempurna adalah dirimu, kau mampu memberiku
hidup lebih berwarna, akan tetapi, aku belum bisa membahagiakanmu seperti kau
membahagiakanku, suamiku, maafkan aku. Tukiyah terima kasih telah merwat Ibu
setulus hati kamu, Ibu menyayangimu.. Anak-anakku berjanjilah pada Ibu, jadilah
kalian Tiang-Tiang yang utuh, berguna bagi keluarga,agama, nusa dan bangsa,
berubahlah menjadi anak yang baik, jangan menjadi Tiang-Tiang Run-tuh”
Bu Sriatun
menghembuskan nafas terkhir di hadapan suami dan di pangkuan anak-anaknya.
Tetesan air mata membanjiri ruangan itu, penyesalan menghampiri mereka, sadar
jika selama ini telah menyia-nyiakan Ibu yang sangat tulus menyayangi mereka
dan menjadi TIANG-TIANG yang RUNTUH.
***
Selesai!
17 Juni
2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar