Sabtu, 14 November 2015

Cerita Pendek -Tiang tiang runtuh



TIANG – TIANG RUNTUH
Karya : Khusnul Ro’ifah

Kehidupan kadang tak sejalan dengan apa yang kita rencanakan. Kadang kehidupan itu bagai surga bagi kita, kadang pula kehidupan bagai penjara bahkan bagai neraka bagi kita.
***
Sebuah keluarga dengan liku-liku kehidupan, keluarga terpandang, keluarga kaya raya, tapi sayang, tak dilandasi dengan kasih sayang. Pertengkaran dan cacian seolah menjadi makanan sehari-hari bagi mereka.Pak Nasrudin dan Bu Sriatun serta keempat anaknya, Tukimen, Tukijah, Tukinah, dan Tukiyah.
Pak Nasrudin adalah kepala keluarga yang sangat keras, kesibukannya membuat hatinya tertutup menjadi seorang suami dan ayah sepenuhnya, celotehan dan pukulan telah menjadi menu Bu sriatun yang telah menemani hidupnya, begitu sabar dan tabah Bu Sriatun menjalani itu semua. Pak Nasrudin sangat memanjakan Tukijah dan Tukinah, menjadikan mereka sosok anak yang sombong, angkuh, serakah bahkan berani melawan ibunya. Berbeda dengan Tukiyah, dia sangat menghormati kedua orang tuanya, baik hatinya dan sayang keluarga, akan tetapi Tukimen telah masuk kedalam dunia hitam, jauh sekali masuk kedalam jurang penuh dusta, hidupnya porak poranda, dia merasa tiada lagi yang sayang apa lagi peduli padanya.

Setiap hari anak-anak Bu Sriatun pergi sekolah, seperti  biasa juga Tukijah dan Tukinah pamer dengan kayanya, berjalan kesana kemari ala artis terkenal dadakan nunggu panggilan syuting yang nggak kepanggil-panggil. hhmmm BeTe-jugakan jadinya???
Seusai sekolah mereka juga tak langsung pulang hingga larut sangat malam, mereka pergi kesebuah diskotik,menghibur diri dari cengkerama keluarga yang penuh dengan amarah, tak ketinggalan Tukimen dengan sebotol minuman haram ditangannya, menciptakan dirinya bagai disurga. Bu Sriatun menunggu mereka dan sangat khawatir , begitu juga Tukiyah yang selalu menemani Ibunya yang selalu menjadi sasaran tangan maupun kaki ayahnya ketika pulang kerumah. Dan pertengkaranpun terjadi,

“Hey, dimana anak-anakmu?” Pak Nasrudin membentak
“Mereka belum pulang yah, gak tau kemana, Ibu juga khawatir yah.” Bu Sriatun menangis
“Lihat! Ini gara-gara kamu! Gak pecus kamu jadi Ibu, apa kamu gak bisa bimbing anak-anakmu!!!.”
“Kenapa aku saja yang kau salahkan yah, mereka juga anakmu, bukan saja anakku!!.” semakin tersedu-sedu dan tegas dengan kata-kata Bu Sriatun
“Ahh, sudah! Diam kau!!!” Pak Nasrudin menampar Bu Sriatun
“Sudah yah sudah, kasihan Ibu yah...” Tukiyah sambil menangis dan memeluk Ibunya
“Kau sama saja dengan Ibumu!!!”

Malam semakin larut, Pak Nasrudin dan Bu Sriatun serta Tukiyah menghabiskan malam dengan kegelisahan dan menunggu anak-anak mereka sampai kepintu rumah.
Disela kegelisahan mereka pertengkaranpun terjadi kembali, membuat Bu Sriatun sangat tertekan, Bu Sriatun adalah sosok istri yang sangat berbakti, seorang Ibu yang sayang dan memperhatikan anak-anaknya, ditengah pertengkaran mereka akhirnya Tukijah dan Tukinah pulang dengan terengos-engos,

“Dari mana saja kalian nak... Ibu khawatir dengan kalian.”
“Habis ngerjain PR bu, capek tau dikejar-kejar anjing!” Tukijah menjawab dan menutupi kejadian sebenarnya
“Sana-sana buatin minum, haus ni haus...!!” Tukinahpun menyela
“Tuh lihat! Mereka belajar sampai larut malam, gak kayak anak kamu, bisanya nangis dan enak-enakan dirumah! Ibu macam apa kamu, mendidik saja gak pecus.” jari telunjuknya menunjuk Tukiyah yang disamping Bu Sriatun
“Tau tuh, nangis aja tugasnya, sudah-sudah buatin air hangat, mau mandi ni, capek tau.”

Tukinah mendorong Bu Sriatun dan Tukiyah, Bu Sriatun tetap tabah, hanya diam dan menangis meratapi perlakuan kedua anaknya serta suaminya terhadap dirinya. Sungguh, sesungguhnya mereka telah durhaka pada Ibunya, tak sepantasnya hal itu mereka berikan kepada seorang yang telah membesarkan mereka dengan penuh kasih sayang dan tak sedikitpun mengharap imbalan dari mereka, sungguh kejam...
Beberapa menit kemudian terdengar ketukan pintu, dibukalah pintu oleh pak Nasrudin. Ternyata petugas kepolisian bersama Tukimen dengan keadaan setengah sadarkan diri akibat minuman haram yang diteguknya terjaring dan diamankan serta dipulangkan kerumahnya. Kemudian tak lama petugas kepolisian beranjak pergi dari rumah pak Nasrudin.
Setelah Petugas kepolisian tak terlihat lagi,

“Apa-apaan kau! Memalukan.!!” Pak Nasrudin menampar Tukimen sampai jatuh kelantai dan berguling
“Lihat anakmu! Seharusnya menjadi contoh! bukan bejat seperti ini!!” lanjut Pak Nasrudin
“Sudah yah sudah, jangan apa-apakan anakku yah.” Bu Sriatun menangis dan berusaha membangunkan Tukimen
“Hahaaa... Apaan sih kamu! Hah!!! aku capek mendengar pertengkaran kalian, hahaa hidup ini bagai neraka tau gak log aku ketemu kalian, hahaha Alkohol ini baru surgaku, hahahahhhaaaa,.” dengan nada khas pemabuk dan menyingkirkan Bu Sriatun yang berusaha membangunkannya
“Anakku.” Bu Sriatun terlempar dan terjatuh
“Ibu....”

Tukiyah menangis dan berusaha membangunkan Bu Sriatun, akan tetapi Bu Sriatun lemas dan tak kuat lagi menyangga badannya. Tukiyah berusaha menjelaskan kepada ayahnya jika sebenarnya Ibunya mengidap penyakit yang serius, sangat sayang pada keluarganya, mencintai suami dan anak-anaknya, tapi Pak Nasrudin tetap acuh dan tak mau tau, begitu juga Tukijah dan Tukinah tersenyum kecut melihat Ibunya terjatuh, Tukiyah terus berusaha membangunkan Ibunya dari kedua kelopak matanya yang tertutup, Bu sriatun mencoba membuka matanya,

“anak-anakku... Ibu sangat menyayangi kalian, maaf nak jika Ibu tak sempuna seperti yang kalian mau. Ayah, Ibu sangat mencintaimu yah, Ibu bersyukur mempunyai suami yang terbaik sepertimu, Ibu minta maaf yah, yang hanya memberimu segudang bencana. Mungkin ini hari terakhir aku melihat kalian, sungguh aku sangat bahagia sekali melihat kita berkumpul  seperti ini..” Bu Sriatun tersenyum menahan sakitnya
“I i i buu,.. apa yang sedang kau katakan!” Tukijah dan Tukinah duduk menghampiri dan memegang tangan Ibunya
“Tukimen anakku, dengarkan Ibu nak, bimbing adik-adikmu menjadi saudara yang baik, menjadi anak-anak yang sholehah, begitu juga dengan kamu, jadi laki-laki yang hebat ya nak, kamu bisa menjadi contoh yang baik untuk adik-adikmu, karena Ibu sangat percaya sama kamu. Ayah... Suamiku tercinta, sungguh di dunia ini yang paling sempurna adalah dirimu, kau mampu memberiku hidup lebih berwarna, akan tetapi, aku belum bisa membahagiakanmu seperti kau membahagiakanku, suamiku, maafkan aku. Tukiyah terima kasih telah merwat Ibu setulus hati kamu, Ibu menyayangimu.. Anak-anakku berjanjilah pada Ibu, jadilah kalian Tiang-Tiang yang utuh, berguna bagi keluarga,agama, nusa dan bangsa, berubahlah menjadi anak yang baik, jangan menjadi Tiang-Tiang Run-tuh”

Bu Sriatun menghembuskan nafas terkhir di hadapan suami dan di pangkuan anak-anaknya. Tetesan air mata membanjiri ruangan itu, penyesalan menghampiri mereka, sadar jika selama ini telah menyia-nyiakan Ibu yang sangat tulus menyayangi mereka dan menjadi TIANG-TIANG yang RUNTUH.
***

Selesai!




17 Juni 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar