BAB I
HAKIKAT MENULIS, PENGERTIAN
DAN UNSUR-UNSUR MENULIS, ASAS-ASAS MENULIS YANG BAIK
A.
Hakikat Menulis
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk
manivestasi kemampuan berbasa paling akhir dikuasai siswa setelah mendengarkan,
berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan ketiga kemampuan berbahasa itu,
menulis lebih sulit untuk dikuasai. (Nurgiantoro, 1987 : 270)
Kegiatan
menulis menghendaki siswa untuk menguasai lambang atau simbol-simbol visual.
Menurut Tarigan (1986:21), menulis ialah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Kalau
diperhatikan definisi ini mengandung pengertian bahwa lambang-lambang grafik
yang dimaksud adalah lambang-lambang yang sudah menjadi kesepakatan atau
konvensi bersama.
B.
Pengertian Menulis
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang –
lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga
orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut.
Menulis adalah suatu kegiatan atau aktivitas dari
seseorang untuk menyampaikan suatu gagasan secara tidak langsung kepada orang
lain dengan pembaca dengan menggunakan lambang grafik yang dapat di pahami oleh
penulis dan pembaca sehingga terjadi komunikasi tidak langsung diantara penulis
dan pembaca (Muchlisoh,1993:233).
Berdasarkan pendapat – pendapat diatas dapat
disimpulkan bahwa menulis adalah suatu ketempilan berbahasa yang digunakan
sebagai alat komunikasi yang berfungsi menuangkan pikiran dan perasaan yang
teratur melalui lambang – lambang grafik sehingga dapat dipahami orang lain.
Melalui menulis kita dapat mengekspresikan diri secara total
Menurut Nurgiyantoro, 2001:271
Menulis
merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang aktif, produktif, kompleks, dan
terpadu yang berupa pengungkapan dan diwujudkan secara tertulis. Menulis juga
merupakan ketrampilan yang menuntut penulis untuk menguasai unsur di luar
kebahasaan itu sendiri yang akan menjadi isi dalam suatu tulisan.
Menurut DePorter,
2000:179
Menulis adalah
aktifitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan
belahan otak kiri (logika). Aktifitas otak kanan untuk ketrampilan menulis
meliputi perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali,
penelitian dan tanda baca, sedangkan aktifitas oatak kiri yaitu semangat,
spontanitas, emosi, warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru,dan kegembiraan.
Aktifitas dalam penulisan otak kiri dan otak kanan harus bekerjasama.
C.
Unsur-unsur Menulis
1.
Gagasan
Gagasan dapat berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang ada
dalam fikiran seseorang.
Dari mana gagasan bisa muncul? Gagasan muncul bisa dari banyak membaca,
pengamatan, penelitian, diskusi dan pengalaman hidupnya.
2.
Tuturan
Yang dimaksud tuturan adalah pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami
oleh pembaca.
Macam-macam tuturan antara lain:
a.
Narasi (Penceritaan)
b.
Deskripsi (Pelukisan)
c.
Eksposisi (Pengungkapan berdasarkan fakta secara teratur, logis, terpadu)
d.
Persuasi (Pembujukan)
3.
Tatanan
Yang dimaksud tatanan adalah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan
dengan mengindahkan berbagai asas, aturan dan teknik sampai merencanakan rangka
dan langkah.
4.
Wahana
Wahana juga sering disebut dengan
alat. Wahana dalam menulis berarti sarana pengantar gagasan berupa
bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika, dan retorika (seni
memakai bahasa).
D.
Asas-asas Menulis yang Baik
1.
Kejelasan
(clarity). Asas kejelasan memberikan kemudahan bagi pembaca. Tulisan penulis
dapat dibaca dan di mengerti oleh pembaca. Tulisan tidak menimbulkan tafsir.
Tulisan bersifat konkret (bukan abstrak), tunggal (bukan panjang lebar), pendek
(bukan panjang), menggunakan bahasa sendiri (bukan bahasa asing).
2.
Keringkasan (consiseness).
Asas keringkasan harus diperhatikan penulis agar tidak membuang-buang waktu
pembaca. Tidak menggunakan bahasa yang berlebihan. Tidak semena-mena, tidak
mengulang, tidak berputar-putar dalam penyampaian gagasan.
3.
Ketepatan
(correctness). Asas ketepatan dapat menyebabkan asumsi penulis mengalami titik
kesamaan dengan pembaca.
4.
Kesatupaduan
(unity). Kesatupaduan gagasan pokok dalam tiap paragraf harus diperhatikan
penulis dalam menguraikan gagasan/pikiran. Pembaca dimudahkan dalam menangkap
ide-ide penulis.
5.
Pertautan
(coherence). Antarbagian tulisan harus bertautan satu sama lain (antar alinea
atau kalimat). Tautan-tautan ini mempermudah pemabca untuk menangkap gagasan
yang disampaikan penulis.
6.
Penegasan
(emphasis). Adanya penonjolan atau memiliki derajat perbedaan antar bagian
dalam tulisan memberikan kemudahan kepada pembaca dalam menangkap ide-ide
tertentu. Dengan demikian ide-ide besar yang dimiliki penulis dapat dipahami
dengan baik oleh pemabaca.
Nuruddin (2011:39 - 46)
Dasar-Dasar Penulisan
BAB
IV
PENGGOLONGAN
TULISAN
A. Penggolongan Tulisan Berdasarkan Bentuk
Menurut The Liang Gie penggolongan
menurut bentuk meliputi cerita, lukisan, paparan dan argumentasi. Namun, dalam
hal ini bentuk juga bisa ditambah dengan persuasi. Alasannya, persuasi juga
merupakan bentuk yang memiliki ciri, kepentingan dan tujuannya sendiri didamping
keempatnya yang lain. Iklan merupakan bentuk tulisan persuasi yang mempunyai
ciri tersendiri. Dengan demikian, didasarkan pada bentuk, tulisan terdiri dari
cerita (narasi), lukisan(deskripsi), paparan (Eksposisi), Argumentasi
(Pendapat), dan persuasi (Nurudin, 2010: 50). Berikut adalah bentuk tulisan:
a)
Narasi
Narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan,
merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara
kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu (Nurudin,
2010: 54).
b)
Deskripsi
Deskripsi adalah bentuk tulisan
yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan
melukiskan hakikat objek yang sebenarnya, dalam tulisan deskripsi, penulis
tidak boleh mencampuradukkan keadaan yang sebenarnya dengan interpretasinya
sendiri (Finoza, 2006)
c)
Eksposisi
Ditinjau dari asal katanya,
eksposisi berarti membuka dan memulai. Bahkan ada yang mengatakan exposition
means explanation (Eksposisi adalah penjelasan). Ini berarti tulisan eksposisi
berusaha untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikannya dengan uraian (paparan) tentang
maksud dan tujuan (misalnya suatu karangan). Masalah yang biasanya
dieksposisikan adalah informasi (Nurudin, 2010: 51).
d)
Argumentasi
Tulisan argumentasi biasanya
bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau
pendirian darinya (Nurudin, 2010: 60). Berikut adalah tugas dari penulis
argumentative (Keraf, 2004);
1)
Harus mengandung
kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topic yang akan
diargumentasikan.
2)
Berusa untuk
menghindari setiap istilah yang menimbulkan prasangka tertentu.
3)
Penulis
argumentatif berusa untuk menghilangkan ketidaksepakatan.
4)
Menetapkan
secara tepat titik ketidaksamaan yang diargumentasikan.
e)
Persuasi
Persuasi berarti membujuk atau
meyakinkan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa persuasi adalah:
(1) bujukan halus,
(2)
ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alas an dan prospek yang
meyakinkan,
(3) himbauan (Nurudin, 2010: 63).
Goris Keraf (2004) pernah
mengatakan persuasi bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang
dikehendaki penulis.
B. Penggolongan Tulisan Berdasarkan Ragam
Dalam buku Nurudin, (2010: 50) menyatakan
penggolongan menurut ragam:
1. Faktawi
2. Khayali
Tulisan Faktawi adalah tulisan yang diolah
berdasarkan fakta-fakta yang ada
(Nurudin, 2010: 51). Dengan kata lain, tulisan yang dihasilkan bukan
karena rekayasa seseorang. Ia juga bukan cerita bohong yang sengaja dibuat
untuk tujuan tertentu. Dalam jurnalistik, fakta ini sering disebut dengan unsur
5 W + 1 H(who, where, when, what, why, dan how). Dalam penulisan ilmiah harus
ada bukti-bukti yang mendukung dalam membuat tulisan.
C. Penggolongan Tulisan Berdasarkan Jenis
Dalam buku Nurudin, (2010: 51)
menyatakan penggolongan tulisan berdasarkan jenis:
1.
Ragam Tulisan
ü faktawi
Jenis Tulisan
a. Tulisan Ilmiah
Tulisan Ilmiah adalah tulisan yang
selama ini dilakukan di kalangan ilmuan atau sivitas akademika (tulisan
kependidikan dan penelitian). Bisa juga dilakukan oleh orang kebanyakan, hanya
dasar-dasar, sistematika da penyusunannya memakai kaidah ilmiah yang digariskan
(Nurudin, 2010: 52).
Jenis-jenis Tulisan Ilmiah Murni
a. Makalah
Ø Makalah
Kerja
Ø Makalah
Tugas
Ø Makalah
Penelitian
b. Naskah Publikasi
Berupa makalah
yang sudah diperbaharui, prosiding seminar, artikel ilimiah
c. Laporan akhir di buat untuk
tujuan akademis
b.
Tulisan Informatif
Tulisan Informatif adalah tulisan
yang tujuan utamanya memberikan informasi sebuah peristiwa atau kejadian
(laporan). Untuk itu tulisan jenis Informatif biasa melekat pada mdia masa
(Nurudin, 2010: 53)
Tulisan Informatif
a. Esai
Berisi kupasan terhadap suatu
masalah, baik persoalan berkaitan dengan ilmu, tekhnologi, maupun seni. Dapat
juga berisi prosa (karangan bebas) singkat yang mengekspresikan opini penulis
tentang subjek tertentu. Bagian esai:
1. Pendahuluan (tesis)
2. Isi (menyajikan seluruh informasi
tentang subjek)
3. Kesimpulan
Jenis-jenis
Esai
1) Esai Deskriptif
Memaparkan subjek dan membuat kesan
tertentu terhadap subjek.
2) Esai ekspositori
Menjelaskan subjek dengan disertai
perbandingan dua hal, mengidentifikasi hubungan sebab akibat atau
mengklasifikasi.
3) Esai naratif
Penggambaran ide dengan bertutur
dengan suatu kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu.
4) Esai persuasif
Usaha mengubah pikiran dan perilaku
pembaca atau memotivasi agar ikut serta dalam suatu tindakan.
5) Esai dokumentatif
Berisi informasi berdasarkan suatu
penelitian di bawah institusi atau otoritas tertentu.
b.
Tajuk Rencana
Tajuk
rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi
terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat surat kabar
itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya di ungkapkan adanya
informasi atau masalah actual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi
tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan
redaksi akan peran pembaca.
c. Opini
Opini adalah
pendapat, ide
atau pikiran untuk
menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan
ideology akan tetapi bersifat tidak objektif
karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian, dapat pula merupakan
sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku pada masa depan dan kebenaran
atau kesalahan serta tidak dapat langsung di tentukan misalnya
menurut pembuktian melalui induksi . Opini
bukanlah merupakan sebuah fakta, akan tetapi jika di kemudian hari dapat
dibuktikan atau di verifikasi maka opini akan berubah menjadi sebuah kenyataan
atau fakta.
http://id.wikipedia.org/wiki/Opini.
d. Feature
Feature adalah karya jurnalistik
perpaduan berita dan opini, mengandung human interest, dan bergaya penulisan
sastra.
e. Resensi buku
Resensi menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku, ulasan
buku. http://hafidzdotorg.wordpress.com/2013/10/11/pengertian
-resensi-dan contoh resensi.
f. Ulasan
ü Khayali
Jenis Tulisan :
a. Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan
yang di bedakan dengan puisi karena variasi ritme yang dimilikinya lebih besar
, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa.
b. Puisi
Puisi
adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya yang dirangkai menjadi suatu
bentuk tulisan yang mengandung makna.
D. Penggolongan Tulisan Berdasarkan Rumpun
Dalam buku
Nurudin, (2010: 51) menyatakan penggolongan tulisan berdasarkan rumpun adalah
sebagai berikut:
ü Jenis
Tulisan
Tulisan Ilmiah
Rumpun Tulisan:
a. Tulisan Kependidikan
b. Tulisan Penelitian
ü
Tulisan
Informatif
Rumpun Tulisan:
a. Kisah
Cerita tentang kejadian kehidupan
seseorang.
b. Laporan
Laporan adalah bentuk penyajian
fakta tentang sesuatu keadaan atau suatu kegiatan yang berkenan dengan tangung
jawab yang ditugaskan kepada pelapor
c.
Ringkasan
Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan
asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara
proporsional tetap di pertahankan dalam bentuknya yang singkat atau suatu cara
yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang
singkat.
d.Ulasan
e. Artikel
Artikel adalah karangan faktual
secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan
(melalui Koran, majalah, bulletin, dsb
ü Prosa
Rumpun Tulisan :
a. Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi
prosa yang ditulis secara naratif: biasanya dalam bentuk cerita. Penulis
novelis. Novel lebih panjang
(setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks
dari cerpen,
dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara
atau sajak.
Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam
kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif
tersebut.
b.
Cerpen
Cerpen merupakan karangan fiktif
yang berisi sebagian kehidupan seseorang atau kehidupan yang diceritakan secara
ringkas yang berfokus pada suatu tokoh
c.
Fiksi Ilmu
d.
Drama
ü Puisi
Rumpun Tulisan:
a. Lirik
b. Epik
c. Dramatik
E. Penggolongan Tulisan Berdasarkan Macam
Dalam buku
Nurudin, (2010: 56) menyatakan penggolongan tulisan berdasarkan macamnya
adalah sebagai berikut:
a.
Tulisan Ilmiah
Macam Tulisan:
ü Tulisan
Kependidikan
a. Rumpun Tulisan
Ø Tulisan
Kesarjanaan
Misalnya:
a. Paper atau makalah
b. Skripsi
c. Tesis
d. Disertasi
Ø Tulisan
Didaktik
Misalnya:
a. Diktat Kuliah
b. Buku
pelajaran
Ø Tulisan
Referensi
Misalnya:
a. Kamus
b. Ensiklopedi
ü Tulisan
Penelitian
a. Rumpun Tulisan
1) Artikel
Jurnal Ilmiah
2) Makalah
Seminar
3)
Naskah
Penelitian
BAB
VI
KOHESI
DAN KOHERENSI PARAGRAF, PENGEMBANGAN PARAGGRAF
A.
Definisi
Paragraf
Paragraf adalah seperangkat
kalimat yang membicarakan
suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kestuan
pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik
tersebut(Arifin,2008: 115.
Pembagian paragraf menurut jenisnya
Sebuah karangan (komposisi) biasanya terdapat tiga macam
paragraf jika dilihat dari segi jenisnya
1.
Paragraf pembuka
Paragraf
ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang
akan menyusul kemudian(Arifin, 2008:122). Paragraf pembuka harus dapat menarik
perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran
pembaca kepada masalah yng akan disajikan selanjutnya.
2.
Paragraf pengembang
Paragraf
pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf
yang terakhir sekali didalam bab atau anak bab itu (Arifin, 2008:122).
Paragraf pembuka harus dapat menarik dan perhatian pembaca, serta sanggup
menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya.
3.
Paragraf penutup
Paragraf
penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir suatu
kesatuan yang lebih kecil didalam krangan itu (Arifin, 2008:122).
Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah
dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.
Sedangkan
pembagian paragraf menurut teknik pemaparannya adalah sebagai berikut
1.
Deskriptif
Deskriptif disebut juga paragraf melukiskan (lukisan)
(Arifin,2008:131). Paragraf ini melukiskan apa yang
terlihat didepan mata. Paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak,
pembicraanya dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan.
2.
Ekspositoris
Paragraf
ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menampilkan satu objek
peninjauan tertuju pada satu unsur saja.
3.
Argumentatif
Paragraf
argumentatif dapat dimasukkan kedalam ekspositoris. Paragraf argumentatif
disebut juga persuasi.
4.
Naratif
Karangan
narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita, oleh karena itu sebuah
karangan narasi atau paragraf narasi
hanya kita temukan dalam novel atau cerpen atau hikayat.
B.
Pengertian Kohesi dan Koherensi
Paragaraf
a) Kepaduan Makna (Koherensi)
Suatu paragraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan
antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang
lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara
bersama-sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang
menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang
membingungkan.
b)Keterpaduan
Bentuk (Kohesi)
Koherensi berhubungan dengan isi, maka
kohesi atau keterpaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa
saja satu paragraf mengemukakan satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf
tersebut dikatakan kohesif jika kata-katanya tidak padu.
Jenis-Jenis
Paragraf
Dalam buku ( Tarigan, 2008). Berdasarkan fungsinya
Paragraf dapat dibedakan atas:
a.
Paragraf Peralihan
paragraf perlihan mengandung celah uaraian yang kosong
biasanya, paragraf peralihan memrankan dua fungsi yaitu:
·
merangkumkan dan menilai bahan/uraian terdahului
·
membayangkan bahan uraian/uraian berikutnya.
Paragraf peralihan
memperkenalkan baik judul, subjek, maupun pembatasan, seperti terlihat dalam
contoh berikut ini:
Membaca merupakan
hal yag sangat penting bagi pendidikan. Pemerintah menarik perhatian besar
terhadap perpustakaan yang merupakan gudang ilmubangsa kita. Kuantitas dan
kualitas perpustakaan kita turut menentukan kemajuan negara kita.
b.
Paragraf Penekanan
paragraf penekanan terdiri atas beberapa kalimat berita
singkat (kadang-kadang hanya terdiri atas satu kalimat) yang pada umumnya
dimaksudkan untuk mengejutkan para pembaca, menimbulkan reaksi dari mereka,
atau memastikan bahwa mereka memperoleh pesan yang jelas dan pokok.
C. Syarat
Pembentukan dan Pengembangan Paragraf
Paragraf yang efektif adalah paragraf yang
mengandung kesatuan dan kepaduan. Pembentukan atau pengembangan paragraf, perlu
diperhatikan persyaratan-persyaratan berikut.
a). Kesatuan
Paragraf
yang berkesatuan
adalah paragraf yang mengandung satu gagasan utama, yang diikuti oleh beberapa
gagasan pengembang atau penjelas (Sugihastutik,2007: 74). Fungsi paragraf
adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam
pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang
dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam sebuah
paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Semua
kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan pokok.
b)Kepaduan
Paragraf
yang berkepaduan adalah paragaraf yang memperlihatkan kepaduan antar kalimatnya
(Sugihastutik:2007, 74). Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf
ialah koherensi atau kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau
tumpukan kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri,tetapi
dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan
pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat
dengan mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena
adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.
Kata
atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus sebagai
penanda hubungan dapat dirinci sebagai berikut.
a. Hubungan
yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya,
misalnya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu,
seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan
pula, demikian juga
b. Hubungan
yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain halnya, seperti, dalam hal yang
sama, dalam hal yang demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipu.
c. Hubungan
yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya;
misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama
sekali tidak, biarpun, meskipun.
d. Hubungan
yang menyatakan akibat/hasil; misal: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu,
jadi, maka, akibatnya.
e. Hubungan
yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara itu, segera, beberapa saat
kemudian, sesudah itu, kemudian
f. Hubungan yang menyatakan singkatan, misal:
pendeknya, ringkasnya, secara singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan,
dengan kata lain, misalnya, yakni, sesungguhnya
g. Hubungan
yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di sana, dekat, di seberang, berdekatan,
berdampingan dengan
c) Kelengkapan
Syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh suatu
paragraf adalah kelengkapan. Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi
kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan
utama. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh berikut ini.
contoh
pertama
Suku
Dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka berselisih
dan bersengketa.
D.
Teknik
Pengembangan Paragraf
Dalam
buku zaenal Arifin(2008,117) mengemukakan bahwa teknik pengembangan
paragraf berikut ini:
a)
Dengan
memberikan contoh atau fakta
Menggunakan
cara ini penulis hendaknya pandai memilih contoh-contoh ynag umum, contoh yang
representative, yang dapat mewakili keadaan yang sebenarnya, dan bukan contoh
yang terlalu di cari-cari.
b)
Dengan
memberikan alasan-alasan
Cara
ini apa yang di nyaakan oleh kalimat topik dianalisis berdasarkan logika,
dibuktikan denagan uraian-uraian yang logis denagn menjelaskan sebab-sebab
mengapa demikian.
c)
Dengan bercerita
Biasanya
pengarang mengungkjapkan kembali peristiwa-peristiwa yang sedang atau sudah
berlalu apabila ia mengembangka paragraf dengan cara ini.
Selain
itu pengembangan pargaraf dapat ditempuh antara lain dengan cara deduksi dan
induksi. Paragraf deduksi adalah salah satu jenis paragraf yang menampilkan
kalimat utama atau kalimat topic pada awal paragraf (sugihastuik,2007: 86).
Paragraf induksi dalah salah satu jenis paragraf yang menempatkan kalimat utama
pada akhir paragraf (Sugihastutik,2007:
86).
Pengembangan
Paragraf Berdasarkan Teknik
Pengembangan paragraf yang pertama dapat dilihat dari sudut pandang
teknik. Berdasarkan tekniknya pengembangan paragraf dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu (1) pengembangan secara alamiah, dan (2) pengembangan secara logis.
1.
Pengembangan
Secara Alamiah
Paragraf
yang dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti
kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan
dilakukan, dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengungkapkan waktu peristiwa
terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara
ini tidak dijumpai.
Adanya
kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada
paragraf naratif dan prosedural.
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan ruang
atau tempat membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam sebuah
“ruangan”. Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan suatu bagian
(gagasan) yang terdapat pada posisi tertentu, dan diikuti oleh kalimat-kalimat
lain yang mengungkapkan gagasan yang berada pada posisi yang lain. Pengungkapan
gagasan dengan urutan ruang ini tidak boleh sembarangan, sebab cara yang
demikian akan mengakibatkan pembaca mengalami kesulitan memahami pesan.
Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf deskriptif.
2.
Pengembangan
Secara Logis
Pengembangan
paragraf secara logis maksudnya adalah pengembangan paragraf menggunakan pola
pikir tertentu. Pengembangan paragraf secara logis dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu klimaks-antiklimaks, dan umum-khusus. Paragraf yang dikembangkan
klimaks-antiklimaks dibagi menjadi dua, yang pertama klimaks, dan yang kedua
antiklimaks. Pengembangan paragraf secara klimaks dilakukan dengan cara
menyajikan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan
bawahan, kemudian diakhiri dengan gagasan yang paling tinggi/atas/kompleks
kedudukannya atau kepentingannya.
Pola Pengembangan paragraf Induktif-
Deduktif
Banyak cara yang dapat digunakan dalam
menyampaikan pendapat, di antaranya secara induktif dan deduktif.
Bentuk penyampaian pendapat atau
penalaran pendapat secara induktif dan deduktif pun beraneka macam.
1.
Pengembangan paragraf Induktif
Pengembangan induktif dilakukan
dengan menyebutkan permasalahan-permasalahan khusus dan berangsur-angsur menuju
simpulan (permasalahan umum).
Jenis Pengembangan Induktif yaitu :
• Generalisasi
• Analogi
• Sebab-akibat (kausalitas)
• Generalisasi
Pengembangan secara generalisasi
dilakukan dengan mengemukakan hal-hal khusus lalu menarik simpulannya secara
umum.
2.
Pengembangan paragraf Deduktif
Pengembangan
deduktif menyampaikan hal-hal umum terlebih dahulu, lalu berangsur-angsur
menjelaskan hal-hal khusus.
BAB
VII
MENULIS
RESENSI, IKHWAL TEKNIK EJAAN, CATATAN KAKI, CATATAN PERUT, KUTIPAN, DAN DAFTAR
PUSTAKA
A.
Pengertian
Resensi
1. Menulis Resensi
Resensi dapat diartikan sebagai tulisan yang berisi
ulasan, pertimbangan, atau pembicaraan suatu karya (sastra, nonsastra, drama,
dan sebagainya).
Agar bisa membuat resensi yang baik, resensator harus memahami :
1.
tujuan pengarang aslinya
Hal ini
bertujuan agar resensator mempunyai bahan yang cukup kuat untuk menyampaikan
sesuatu pada pembaca
2. maksud menulis resensi
Resensator
harus memahami kewajiban terhadap pembaca dan bagaimana penilaiannya terhadap
buku.
2. Tujuan penulisan resensi
adalah menyampaikan kepada pembaca tentang kualitas hasil karya atau sebuah
buku, apakah pantas mendapat sambutan masyarakat atau tidak (menginformasikan
kualitas). Simpulan resensi biasanya berusaha meyakinkan pembaca agar membaca
buku yang diulas. Adapun penulisan resensi ditujukan dengan maksud sebagai
berikut.
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku
atau hasil karya lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
3. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
4. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis
yang sama atau penulis lainnya.
5. Memberi
masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara penulisan,
isi, dan substansi buku
Pokok-pokok
yang dapat dijadikan sasaran-sasaran penilaian (isi dari sebuah resensi)
adalah :
1. Latar belakang
Penulis dapat memulai resensinya dengan menyajikan latar belakang penulisan
buku yang diresensi. Resensator dapat juga mengemukakan tema buku, maksud yang
ingin dicapai penulis buku, atau gambaran umum isi buku.
2. Identitas buku
Identitas buku mencangkup judul, nama penulis, nama penerbit, kota tempat
terbit dan informasi lain yang dirasa perlu (misal ditambahkan ketebalan buku,
gambar sampulnya).
3.
Macam atau
jenis buku
Resensator
mengemukakan jenis buku, apakah fiksi atau non fiksi.
4. Kepengarangan
Kepengarangan adalah bentuk penyajian buku yang dilakukan oleh pengarang,
misalnya cara menganalisis masalah yang dilakukan oleh pengarang, cara menyusun
kesimpulan, serta gaya bahasa pengarang. Pada bagian ini dapat ditampilkan
keunggulan pengarang.
5.Kelebihan
dan Kelemahan
Untuk keunggulan buku, resensator dapat membahas kerangka buku, hubungan
antara satu bagian dengan bagian yang lain. Apakah hubungan terebut harmonis,
jelas, dan memperlihatkan perkembangan yang masuk akal, Apakah ada hubungan
sebab akibat antarbagian. Penilaian di sini juga bisa mengemukakan daya tarik
buku, keistimewaan buku, kelebihan buku dibanding buku (sejenis) yang lain.
3 . Jenis-jenis Resensi
Secara garis besar resensi dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Resensi
Informatif, yaitu resensi yang hanya menyampaikan isi dari resensi secara
singkat dan umum dari keseluruhan isi buku.
2.
Resensi Deskriptif, yaitu resensi
yang membahas secara detail pada tiap bagian atau babnya.
3.
Resensi Kritis, yaitu resensi yang
berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari
resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.
Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku karena
bisa saja dalam sebuah resensi ketiganya diterapkan secara bersamaan.
4.
Unsur-unsur Resensi
Dalam membuat
resensi, terdapat unsure-unsur yang harus dipenuhi agar resensi yang dibuat
menjadi jelas dan berkualitas. Berikut ini adalah beberapa unsur yang harus ada
dalam pembuatan resensi.
1.
Judul resensi
Judul resensi harus memiliki keselarasan dengan isi
resensi yang dibuat. Judul yang menarik juga akan memberi nilai lebih pada
sebuah resensi.
2.
Menyusun data buku
Penyusunan data buku dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Judul buku;
b. Pengarang;
c. Penerbit;
d. Tahun terbit beserta cetakannya;
e. Dimensi buku;
f. Harga buku;
3. Isi resensi buku
Isi resensi
buku memuat tentang sinopsis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya,
keunggulan dan kelemahan buku, rumusan kerangka buku dan penggunan bahasa.
4.
Penutup resensi buku
Pada bagian
penutup biasanya berisi alasan kenapa buku tersebut ditulis dan kepada siapa
buku tersebut ditujukan.
5. Tahap Penulisan Resensi
Berikut ini
akan dijelaskan tahap-tahap dalam penulisan sebuah resensi buku.
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, hal yang perlu dilakukan antara lain: memilih jenis buku
yang akan diresensi, buku tersebut adalah buku-buku baru, dan membuat anatomi
buku.
2. Tahap
Pengerjaan
a.
Membaca dengan detail dan mencatat
hal-hal penting.
Sebelum membuat resensi, bacalah terlebih dahulu buku
yang akan diresensi hingga tuntas lalu mencatat kutipan dan kata-kata penting
di dalamnya.
b.
Membuat isi resensi, diantaranya:
• Membuat
informasi umum tentang buku yang diresensi.
• Menentukan
judul resensi.
• Membuat
ringkasan secara garis besar.
• Memberikan
penilaian buku.
•
Menonjolkan sisi lain dari buku yang diresensi.
• Mengulas
manfaat buku tersebut bagi pembaca.
• Penilaian
dari segi kelengkapan karya, EYD dan sistematika resensi.
6. Tips Menulis Resensi
Berikut ini
adalah tips dalam menulis resensi:
a.
Cari dan tentukan buku baru nonfiksi
yang akan dibuat resensi.
b.
Catatlah identitas buku yang akan
diresensi, seperti jenis buku, judul buku, nama pengarang, nama penerbit, tahun terbit, tahun cetak,
jumlah halaman, jenis kertas dan harga buku.
c.
Catat dan pahami tujuan dan latar
belakang penulisan buku, dengan cara membaca kata pengantar atau pendahuluan
buku. Buatlah daftar pokok-pokok isi buku secara keseluruhan.
d.
Tentukan kelebihan dan kekurangan
isi buku.
e.
Tulis ringkasan materi dari buku
yang dibuat resensi secara jelas dan sistematis.
f.
Pada akhir resensi berilah saran dan
kesimpulan, apakah buku yang kita resensi tersebut layak dibaca atau tidak.
Kesalahan
Ihwal Kalimat
1.
Pemborosan kata
“bermacam-macam harapan yang muncul
di tengah masyarakat yang menempatkan masa remaja sebagai generasi penerus
bangsa. (paragraf 8 hal 210)
Pemborosan kata
yang terjadi pada kalimat ini adalah pengulangan kata “yang” yang sebenarnya
tidak perlu dilakukan. Penggunaan kalimat yang benar adalah
“bermacam-macam harapan yang muncul
ditengah masyarakat menempatkan masa remaja sebagai generasi penerus bangsa.
2.
Ketidak jelasan kalimat
“pembangunan nasional adalah pembangunan manusia
indonesia seutuhnya (paragraf 1 hal 209)
Dalam ketidak jelasan kalimat pembangunan manusia
indonesia seutuhnya dengan kalimat initidak jelas siapa manusia yang sebutkan.
3.
Kelugasan kalimat
“perilaku-perilaku yang bertentangan
dengan tradisi yang dianut dalam suatu masyarakat. Perilaku-perilaku tersebut
seperti perampokan, tindak kekerasan, lari dari rumah, minum minuman keras,
tawuran antar pelajar, dan perilaku destruktif lainnya. ( paragraf 12 hal 211)
Dalam karya jalur dipermukaan
kelugasan atau ketegasan dalam setiap kalimatnya. Pada kalimat diatas kata
destruktif adalah bahasa yang sulit bagi masrakat awal mengartikannya. Jadi
mempersulit pembaca untuk mengartikannya maksud kalimat. Jadi, kelampauan
memakai bahasa perlu ditulis maksudnya apa.
Penulisan yang benar adalah
Perilaku-perilaku yang bertentangan
dengan tradisi yang dianut dalam suatu masyarakat. Perilaku-perilaku tersebut
seperti perampokan, tindakan kekerasan, lari dari rumah, minum minuman keras,
tawuran antar pelajar, dan perilaku kenakalan remaja (destruktif) lainnya.
B.
Pengertian Catatan Kaki
1.
Catatan kaki
Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus
yang ditulis di bagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah.
Catatan kaki biasa digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar,
menjelaskan sumber kutipan atau sebagai pedoman penyusunan daftar bacaan/
bibliografi.
Contoh:Ali Mudhafar, Filsafat Ilmu (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 1996)
cet.1, hlm. 2.
2.
Cara Penulisan
1.
Catatan kaki harus dipisahkan oleh
sebuah garis yang panjangnya empat belas karakter dari margin kiri dan berjarak
empat spasi dari teks.
2.
Catatan kaki diketik berspasi satu.
3.
Diberi nomor.
4.
Nomor catatan kaki diketik dengan
jarak enam karakter dari margin kiri.
5.
Jika catatan kakinya lebih dari satu
baris maka baris kedua dan selanjutnya dimulai seperti margin teks biasa (tepat
pada margin kiri).
6.
Jika catatan kakinya lebih dari satu
maka jarak antara satu catatan dengan catatan yang lainnya adalah sama dengan
jarak spasi teks.
7.
Jarak baris terakhir catatan kaki
tetap 3 cm dari pinggir kertas bagian bawah.
8.
Keterangan yang panjang tidak boleh
dilangkaukan ke halaman berikutnya. Lebih baik potong tulisan asli daripada
memotong catatan kaki.
9.
Jika keterangan yang sama menjadi
berurutan (misalnya keterangan nomor 2 sama dengan nomor 3, cukup tuliskan kata
ibid daripada mengulang-ulang keterangan catatan kaki.
10. Jika ada
keterangan yang sama tapi tidak berurutan, berikan keterangan op.cit., lih
[x] [x] merupakan nomor keterangan sebelumnya.
11. Jika
keterangan seperti opcit tetapi isinya keterangan tentang artikel, gunakan loc.cit.
12. Untuk
keterangan mengenai referensi artikel atau buku tertentu, penulisannya mirip
daftar pustaka, tetapi nama pengarang tidak dibalik.
3.
Tujuan Catatan Kaki (footnote)
·
Catatan kaki dicantumkan untuk
memenuhi kode etik yang berlaku
·
Dapat juga sebagai penghargaan
terhadap orang lain yang mungkin berjasda dalam penulisan tersebut
·
Dipergunakan untuk menunjuk kepada
sumber dan pernyataan yang dipergunakan dalam teks
4.
Macam-Macam Catatan Kaki (footnote)
Macam-macam
kutipan yang disertai dengan catatan kaki yang didalamnya ada kutipan
langsung dan kutipan tidak langsung, serta kutipan tanpa catatan kaki
·
Kutipan langsung
Yaitu
salinan persis dari sumbernya tanpa perubahan. Kutipan ini terdiri dari
kutipan langsung kurang dari lima baris dan kutipan langsung terdiri atas
limabaris ke atas.
·
Kutipan tidak langsung
Menyadur,
mengambil ide dari suatu dan menuliskannya sendiri dengankalimat dan bahasa
sendiri. Penulisan diintegrasikan ke dalam teks, tidak diapit tanda petik,
spasi sama dengan teks, dan tidak mengubah isi atau ide
penulis aslinya. Penulisan disertai data pustaka sumber yang
dikutip, dapat berupa catatan kaki atau data pustaka dalam teks.
Cara
menyadur ada dua macam, masing-masing berbeda cara,
tujuan dan manfaatnya.Cara pertama yaitu meringkas dan yang kedua adalah
membuat ikhtisar
·
Meringkas
Penyajian
suatu karangan atau bagian karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat.
Meringkas bertujuan untuk mengembangkan ekspresi penulisan,
menghemat kata, memudahkan pemahaman naskah asli, dan memperkuat
pembuktian..
Proses
meringkas sebagai berikut :
1.Bertolak
dari karangan asli
2.Mereproduksi
karya asli dalam bentuk ringkasan
3.Menyusun
ringkasan dengan mempertahankan keaslian naskah
·
Membuat ikhtisar
Menyajikan
suatu karangan yang panjang dalam bentuk ringkas, bertolakdari naskah asli,
tapi tidak mempertahankan urutan, tidak menyajikankeseluruhan isi, langsung
kepada inti bahasan yang terkait denganmasalah yang akan dipecahkan. Ikhtisar
memerlukan ilustrasi untukmenjelaskan inti persoalan. Teknik pengetikannya :
spasi, huruf danmargin sama dengan teks.
·
Kutipan tanpa catatan kaki
Artikel dan
makalah pendek (kurang dari sepuluh lembar) yang tidakmenggunakan catatan
kaki dapat menggunakan data pustaka dalam teks.
Pemikiran
yang mendasari penulisan demikian, antara lain :
1.Artikel
lazim dimuat di surat kabar dan majalah popular
2.Ruang
untuk menuliskan catatan kaki dan bibliografi terbatas
3.Penulis
cenderung menggunakan ragam popular, dan lain sebagainya
Mungkin sebagian orang akan terasa aneh dan heran mendengar 'catatan
perut'. "Perut kok ada catatannya?" Sebenarnya ini merupakan
istilah umum dalam kepenulisan ilmiah seperti halnya 'catatan kaki' yang lebih
populer. Keduanya adalah bentuk peletakan sumber kutipan atau referensi.
Dibandingkan dengan catatan kaki yang kadang - kadang mengusik pembaca
dengan keterangan di bawah tulisan, catatan perut lebih sederhana dan jelas.
Karena pada catatan perut hanya terdapat 3 unsur:
1. Nama
belakang pengarang
2. Tahun penerbitan
3. Nomor halaman
Perlu
diingat cara penulisannya:
buka
kurung+nama belakang pengarang+koma+spasi+tahun penerbitan+titik
dua+spasi+nomor halaman+tutup kurung
Penulisan
Catatan Perut: “……………………………………………..” (Nama, Tahun : No hal)
Contoh:
dialektika adalah etode metafisika yang mendatangkan atau menghasilkan pengetahuan
tertinggi (LoreBagus, 1997 Kamus Filsafat, hlm.167
E.
Pengertian
Kutipan
1. Kutipan.
Yakub
Nasucha (2009: 79) menjelaskan “Pengutipan adalah proses peminjaman kalimat
atau pendapat seorang pengarang atau ucapan seseorang yang ahli dalam bidang
yang sedang ditulis. Maksudnya adalah bahwa tindakan mengutip pendapat tertulis
atau melalui ucapan dari seorang pengarang dan ahli dalam penulisan karya
ilmiah adalah dibenarkan, tindakan ini dilakukan dalam upaya memberikan sebuah
penjelasan dari topik yang sedang dijelaskan.
2.
Macam
Kutipan
Macam dari
kutian ada 2, yakni
1.Kutpan Pendek, adalah kutipan yang
memiliki kurang dari 40 kata dan 5 baris atau kalimat.
2.Kutipan Panjang, adalah kutipan
yang memiliki lebih dari 40 kata dan 5 baris atau kalimat.
3.
Jenis
Kutipan.
Jenis
kutipan ada 3 macam
1.
Yakub Nasucha (2009: 80) menjelaskan
”Kutipan secara langsung, adalah penuls menulis apa adanya teks yang di kutip.
Maksudya adalah bahwa penulis tidak mengubah kata-kata dari sebuah kutipan yang
dikutipnya, hanya tinggal menyalin saja. Contoh : Kridalaksana (1984: 165)
mengemukakan ”ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya yang
dibedakan menurut topic, hubungan perilaku, dan medium pembicaraan”.
2.
Yakub Nasucha (2009: 80) menjelaskan
“Kutipan secara tidak langsung, adalah penulis menuliskan intisari dari
pendapat yang ada di sumber kutipan. Maksudnya adalah bahwa penulis disini
tidak menulis semua kata-kata yang ingin dikutip, tapi hanya mengambil pokok
atau intinya saja yang bisa mewakili seluruh kutipan yang hendak dikutip.
Contoh : dengan demikian, dijelaskan “semakin besar peluang untuk mengembangkan
bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis untuk semua mahasiswa yang berlatar belakang belakang
berbeda-berbeda” (Rahayu, 2007: 3)
3.
Kutipan yang dikutip dari buku sumber yang sudah berupa kutipan, adalah
penulis menulis sebuah kutipan yang memang telah dikutip oleh pihak lain
terlebih dahulu. Contoh : Ketentuan Penulisan daftar isi seperti
dikemukakan Bambang Dwiloka (2005: 99)adalah “judul bagian makalah ditulis
dengan menggunakan huruf kecil, penulisan judul bagian dan judul subbagian
dilengkapi dengan nomor halaman, tempat pembuatannya dalam makalah, dan
penulisan daftar isi dilakukan dengan menggunakan spasi tunggal dengan
antarbagian dua spasi”.
F. Pengertian Daftar Pustaka
Yakub
Nasucha (2009: 84) menjelaskan “daftar pustaka adalah daftar yang memuat
sejumlah pustaka atau sumber lain yang digunakan penulis untuk mendukung
pendapatnya, membedakan pendapatnya dengan ahli lain, atau hanya sekedar
memberikan informasi bahwa ahli lain memiliki pendapat yang tidak sejalan
dengan pendapatnya. Maksudnya adalah bahwa daftar pustaka itu memuat sejumlah
pustaka dari beberapa ahli lain yang menandakan bahwa penulis mempunyai etika
kepada seseorang yang telah menulis atau melakukan kajian terhadap permasalahan
terlebih dahulu.
Berikut
beberapa cara menulis daftar pustaka:
1.
Cara Menulis
Daftar Pustaka Berupa Buku: ditulis berurutan mulai dari nama penulis, tahun
penerbitan buku, judul buku, tempat penerbitan, dan nama penerbitan.
ü Contoh
daftar pustaka satu nama: Keraf,Gorys. 2005.
Komposisi. Flores: Nusa Indah
ü Contoh
daftar pustaka dua nama : Alwi, Hasan, Hans Lapoliwa. 2003. Tatabahasa Buku Bahasa Indonesia . Jakarta : Balai Pustaka.
ü Contoh
daftar pustaka tiga nama : Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwar. 1984. Kamus Arab – Indonesia. Yogyakarta :
Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak.
2.
Cara menulis
Daftar Pustaka Cara menulis Daftar Pustaka Yang berasal dari Buku Kumpulan
Artikel:
Penulisannya
sama dengan cara di atas, hanya ditambah dengan tulisan (Ed) diantara nama
ü Contoh:Dick,
Hartoko (Ed.). 2004. Golongan cendekiawan
: Mereka yang Berumah di Angin.
Jakarta: Gramedia.
3.
Cara menulis
Daftar Pustaka dengan Mengambil Satu Artikel dari Buku Kumpulan Artikel.
Nama penulis
artikel ditulis di depan diikuti tahun penerbitan, judul artikel yang diapit
oleh tanda kutip tanpa huruf miring. Setelah itu ditulis nama editor, judul
buku kumpulan artikel, dan nomor halaman.
ü Contoh:
Geertz, Clifford. 2003. “Cendekiawan di Negara Berkembang”. Dalam Kemala
Sartika (Ed.) , menjelajah Cakrawala:
Kumpulan Karya Visioner Soedjatmiko. Jakarta: Gramedia
4.
Cara menulis Daftar PUstaka yang Berasal dari
Artikel dalam Jurnal.
Nama penulis
artikel ditulis di depan diikuti tahun, judul artikel, nama jurnal, tahun, dan
nomor.
ü Contoh:
Hanafi, A. 1989. “Partisipasidalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi”.
Forum Penelitian, 1(1): 33-47.
5.
Cara Menulis
Daftar Pustaka yang Berasal dari Artikel Majalah atau Koran.
Nam Penulis
ditulis terlebih dahulu dilanjutkan dengan tanggal, bulan, dan tahun (jika
ada). Nama majalah atau Koran dicetak miring diikuti dengan domor halaman.
ü Contoh:
Gardner, H. 1998. “Do Babies Sing A Universal Song?”. Psychological Today, hal.70
6.
Cara menulis
Daftar Pustaka dari Koran Tanpa Penulis.
Nama Koran
ditulis terlebih dahulu diikuti dengan tanggal, bulan, tahun terbit, judul, dan
nomor halaman.
ü Contoh:Kompas. 18 Maret 2005. “Rawan Pangan,
Tanpa Basis Sumber Daya Lokal”, hal. 41.
7.
Daftar
Pustaka di Karya Terjemahan.
Nama penulis
asli ditulis terlebih dahulu diikuti tahun terbit tulisan asli, judul
terjemahan, nama penerjemah tahu terjemahan, nama tempat penerbitan dan nama
penerbit terjemahan.
ü Contoh:
Eangleton, Terry. 1988. Teori Sastra:
Satu Pengenalan. Terjemahan oleh Mohammad Haji Saleh.2004. kualahlumpur:
Dewan Baasa dan Pustaka.
8.
Daftar
Pustaka dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi
Nama penulis
diikuti dengan tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi,tesis, atau
disertasiyang diapit dengan tanda kutip, diikuti jenis karya ilmiah, nama kota
tempat perguruan tinggi, nama fakultas, dan nama perguruan tinggi.
ü Contoh:
Paramita, Pradnya.2007. ”Pengaruh Bioteknologi Pertanian terhadap Proses
Pematangan Tomat”.Skripsi. Surakarta:
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret .
9.
Daftar
Pustaka dari Internet
Nama Penulis
diikuti dengan tahun, judu karya yang diapit tanda kutip, diakhiri alamat
sumber pustaka dan tanggal akses.