Jumat, 18 Juli 2014

Tugas Menulis Bahasa Bab I, IV, VI, VII


BAB I
HAKIKAT MENULIS, PENGERTIAN DAN UNSUR-UNSUR MENULIS, ASAS-ASAS MENULIS YANG BAIK

A.      Hakikat Menulis
     Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manivestasi kemampuan berbasa paling akhir dikuasai siswa setelah mendengarkan, berbicara, dan membaca. Dibandingkan dengan ketiga kemampuan berbahasa itu, menulis lebih sulit untuk dikuasai. (Nurgiantoro, 1987 : 270)
Kegiatan menulis menghendaki siswa untuk menguasai lambang atau simbol-simbol visual. Menurut Tarigan (1986:21), menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Kalau diperhatikan definisi ini mengandung pengertian bahwa lambang-lambang grafik yang dimaksud adalah lambang-lambang yang sudah menjadi kesepakatan atau konvensi bersama.
B.       Pengertian Menulis
Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang – lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang grafik tersebut.
Menulis adalah suatu kegiatan atau aktivitas dari seseorang untuk menyampaikan suatu gagasan secara tidak langsung kepada orang lain dengan pembaca dengan menggunakan lambang grafik yang dapat di pahami oleh penulis dan pembaca sehingga terjadi komunikasi tidak langsung diantara penulis dan pembaca (Muchlisoh,1993:233).
  Berdasarkan pendapat – pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu ketempilan berbahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi yang berfungsi menuangkan pikiran dan perasaan yang teratur melalui lambang – lambang grafik sehingga dapat dipahami orang lain. Melalui menulis kita dapat mengekspresikan diri secara total
Menurut Nurgiyantoro, 2001:271
Menulis merupakan suatu ketrampilan berbahasa yang aktif, produktif, kompleks, dan terpadu yang berupa pengungkapan dan diwujudkan secara tertulis. Menulis juga merupakan ketrampilan yang menuntut penulis untuk menguasai unsur di luar kebahasaan itu sendiri yang akan menjadi isi dalam suatu tulisan.
Menurut DePorter, 2000:179
Menulis adalah aktifitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan (emosional) dan belahan otak kiri (logika). Aktifitas otak kanan untuk ketrampilan menulis meliputi perencanaan, outline, tata bahasa, penyuntingan, penulisan kembali, penelitian dan tanda baca, sedangkan aktifitas oatak kiri yaitu semangat, spontanitas, emosi, warna, imajinasi, gairah, ada unsur baru,dan kegembiraan. Aktifitas dalam penulisan otak kiri dan otak kanan harus bekerjasama.
C.      Unsur-unsur Menulis
1.      Gagasan
Gagasan dapat berupa pendapat, pengalaman, atau pengetahuan yang ada dalam fikiran seseorang.
Dari mana gagasan bisa muncul? Gagasan muncul bisa dari banyak membaca, pengamatan, penelitian, diskusi dan pengalaman hidupnya.
2.      Tuturan
Yang dimaksud tuturan adalah pengungkapan gagasan sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
Macam-macam tuturan antara lain:
a.       Narasi (Penceritaan)
b.      Deskripsi (Pelukisan)
c.       Eksposisi (Pengungkapan berdasarkan fakta secara teratur, logis, terpadu)
d.      Persuasi (Pembujukan)
3.      Tatanan
Yang dimaksud tatanan adalah tertib pengaturan dan penyusunan gagasan dengan mengindahkan berbagai asas, aturan dan teknik sampai merencanakan rangka dan langkah.
4.      Wahana
Wahana juga sering disebut dengan  alat. Wahana dalam menulis berarti sarana pengantar gagasan berupa bahasa tulis yang terutama menyangkut kosa kata, gramatika, dan retorika (seni memakai bahasa).
D.      Asas-asas Menulis yang Baik
1.        Kejelasan (clarity). Asas kejelasan memberikan kemudahan bagi pembaca. Tulisan penulis dapat dibaca dan di mengerti oleh pembaca. Tulisan tidak menimbulkan tafsir. Tulisan bersifat konkret (bukan abstrak), tunggal (bukan panjang lebar), pendek (bukan panjang), menggunakan bahasa sendiri (bukan bahasa asing).
2.        Keringkasan (consiseness). Asas keringkasan harus diperhatikan penulis agar tidak membuang-buang waktu pembaca. Tidak menggunakan bahasa yang berlebihan. Tidak semena-mena, tidak mengulang, tidak berputar-putar dalam penyampaian gagasan.
3.        Ketepatan (correctness). Asas ketepatan dapat menyebabkan asumsi penulis mengalami titik kesamaan dengan pembaca.
4.        Kesatupaduan (unity). Kesatupaduan gagasan pokok dalam tiap paragraf harus diperhatikan penulis dalam menguraikan gagasan/pikiran. Pembaca dimudahkan dalam menangkap ide-ide penulis.
5.        Pertautan (coherence). Antarbagian tulisan harus bertautan satu sama lain (antar alinea atau kalimat). Tautan-tautan ini mempermudah pemabca untuk menangkap gagasan yang disampaikan penulis.
6.        Penegasan (emphasis). Adanya penonjolan atau memiliki derajat perbedaan antar bagian dalam tulisan memberikan kemudahan kepada pembaca dalam menangkap ide-ide tertentu. Dengan demikian ide-ide besar yang dimiliki penulis dapat dipahami dengan baik oleh pemabaca.
Nuruddin (2011:39 - 46)  Dasar-Dasar Penulisan



BAB IV
PENGGOLONGAN TULISAN

A.      Penggolongan Tulisan Berdasarkan Bentuk
Menurut The Liang Gie penggolongan menurut bentuk meliputi cerita, lukisan, paparan dan argumentasi. Namun, dalam hal ini bentuk juga bisa ditambah dengan persuasi. Alasannya, persuasi juga merupakan bentuk yang memiliki ciri, kepentingan dan tujuannya sendiri didamping keempatnya yang lain. Iklan merupakan bentuk tulisan persuasi yang mempunyai ciri tersendiri. Dengan demikian, didasarkan pada bentuk, tulisan terdiri dari cerita (narasi), lukisan(deskripsi), paparan (Eksposisi), Argumentasi (Pendapat), dan persuasi (Nurudin, 2010: 50). Berikut adalah bentuk tulisan:
a)         Narasi
Narasi adalah bentuk tulisan yang berusaha menciptakan, mengisahkan, merangkaikan tindak-tanduk perbuatan manusia dalam sebuah peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan waktu tertentu (Nurudin, 2010: 54).
b)        Deskripsi
Deskripsi adalah bentuk tulisan yang bertujuan memperluas pengetahuan dan pengalaman pembaca dengan jalan melukiskan hakikat objek yang sebenarnya, dalam tulisan deskripsi, penulis tidak boleh mencampuradukkan keadaan yang sebenarnya dengan interpretasinya sendiri (Finoza, 2006)
c)         Eksposisi
Ditinjau dari asal katanya, eksposisi berarti membuka dan memulai. Bahkan ada yang mengatakan exposition means explanation (Eksposisi adalah penjelasan). Ini berarti tulisan eksposisi berusaha untuk memberitahu, mengupas, menguraikan atau menerangkan sesuatu. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikannya dengan uraian (paparan) tentang maksud dan tujuan (misalnya suatu karangan). Masalah yang biasanya dieksposisikan adalah informasi (Nurudin, 2010: 51).
d)        Argumentasi
Tulisan argumentasi biasanya bertujuan untuk meyakinkan pembaca, termasuk membuktikan pendapat atau pendirian darinya (Nurudin, 2010: 60). Berikut adalah tugas dari penulis argumentative (Keraf, 2004);
1)        Harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topic yang akan diargumentasikan.
2)        Berusa untuk menghindari setiap istilah yang menimbulkan prasangka tertentu.
3)        Penulis argumentatif berusa untuk menghilangkan ketidaksepakatan.
4)        Menetapkan secara tepat titik ketidaksamaan yang diargumentasikan.
e)         Persuasi
Persuasi berarti membujuk atau meyakinkan. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa persuasi adalah:
(1) bujukan halus,
(2) ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alas an dan prospek yang meyakinkan,
(3) himbauan (Nurudin, 2010: 63).
Goris Keraf (2004) pernah mengatakan persuasi bertujuan meyakinkan seseorang agar melakukan sesuatu yang dikehendaki penulis.
B.       Penggolongan Tulisan Berdasarkan Ragam
Dalam buku Nurudin, (2010: 50) menyatakan penggolongan menurut ragam:
1.    Faktawi
2.    Khayali
Tulisan Faktawi adalah tulisan yang diolah berdasarkan fakta-fakta yang ada  (Nurudin, 2010: 51). Dengan kata lain, tulisan yang dihasilkan bukan karena rekayasa seseorang. Ia juga bukan cerita bohong yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu. Dalam jurnalistik, fakta ini sering disebut dengan unsur 5 W + 1 H(who, where, when, what, why, dan how). Dalam penulisan ilmiah harus ada bukti-bukti yang mendukung dalam membuat tulisan.
C.      Penggolongan Tulisan Berdasarkan Jenis
Dalam buku Nurudin, (2010: 51) menyatakan penggolongan tulisan berdasarkan jenis:
1.         Ragam Tulisan
ü  faktawi
Jenis Tulisan
a.  Tulisan Ilmiah
Tulisan Ilmiah adalah tulisan yang selama ini dilakukan di kalangan ilmuan atau sivitas akademika (tulisan kependidikan dan penelitian). Bisa juga dilakukan oleh orang kebanyakan, hanya dasar-dasar, sistematika da penyusunannya memakai kaidah ilmiah yang digariskan (Nurudin, 2010: 52).
Jenis-jenis Tulisan Ilmiah Murni
a. Makalah
Ø Makalah Kerja
Ø Makalah Tugas
Ø Makalah Penelitian
b. Naskah Publikasi
Berupa makalah yang sudah diperbaharui, prosiding seminar, artikel ilimiah
c. Laporan akhir di buat untuk tujuan akademis
b. Tulisan Informatif
Tulisan Informatif adalah tulisan yang tujuan utamanya memberikan informasi sebuah peristiwa atau kejadian (laporan). Untuk itu tulisan jenis Informatif biasa melekat pada mdia masa (Nurudin, 2010: 53)
Tulisan Informatif
a. Esai
Berisi kupasan terhadap suatu masalah, baik persoalan berkaitan dengan ilmu, tekhnologi, maupun seni. Dapat juga berisi prosa (karangan bebas) singkat yang mengekspresikan opini penulis tentang subjek tertentu. Bagian esai:
1. Pendahuluan (tesis)
2. Isi (menyajikan seluruh informasi tentang subjek)
3. Kesimpulan
Jenis-jenis Esai
1) Esai Deskriptif
Memaparkan subjek dan membuat kesan tertentu terhadap subjek.
2) Esai ekspositori
Menjelaskan subjek dengan disertai perbandingan dua hal, mengidentifikasi hubungan sebab akibat atau mengklasifikasi.
3) Esai naratif
Penggambaran ide dengan bertutur dengan suatu kejadian yang disusun berdasarkan urutan waktu.
4) Esai persuasif
Usaha mengubah pikiran dan perilaku pembaca atau memotivasi agar ikut serta dalam suatu tindakan.
5) Esai dokumentatif
Berisi informasi berdasarkan suatu penelitian di bawah institusi atau otoritas tertentu.
b.  Tajuk Rencana
Tajuk rencana adalah artikel pokok dalam surat kabar yang merupakan pandangan redaksi terhadap peristiwa yang sedang menjadi pembicaraan pada saat  surat kabar  itu diterbitkan. Dalam tajuk rencana biasanya di ungkapkan adanya informasi atau masalah actual, penegasan pentingnya masalah, opini redaksi tentang masalah tersebut, kritik dan saran atas permasalahan, dan harapan redaksi akan peran pembaca.
c. Opini
Opini adalah pendapat, ide  atau pikiran untuk menjelaskan kecenderungan atau preferensi tertentu terhadap perspektif dan ideology akan tetapi bersifat tidak objektif  karena belum mendapatkan pemastian atau pengujian, dapat pula merupakan sebuah pernyataan tentang sesuatu yang berlaku pada masa depan dan kebenaran atau kesalahan serta tidak dapat langsung di tentukan misalnya  menurut pembuktian melalui induksi . Opini bukanlah merupakan sebuah fakta, akan tetapi jika di kemudian hari dapat dibuktikan atau di verifikasi maka opini akan berubah menjadi sebuah kenyataan atau fakta. http://id.wikipedia.org/wiki/Opini.
d. Feature
Feature adalah karya jurnalistik perpaduan berita dan opini, mengandung human interest, dan bergaya penulisan sastra.
e. Resensi buku
Resensi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah pertimbangan atau pembicaraan tentang buku, ulasan buku. http://hafidzdotorg.wordpress.com/2013/10/11/pengertian -resensi-dan contoh resensi.
f. Ulasan
ü  Khayali
Jenis Tulisan :
a. Prosa
Prosa adalah suatu jenis tulisan yang di bedakan dengan puisi karena variasi ritme yang dimilikinya lebih besar , serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. http://id.wikipedia.org/wiki/Prosa.
b. Puisi
Puisi adalah ungkapan perasaan atau pikiran penyairnya yang dirangkai menjadi suatu bentuk tulisan yang mengandung makna.
D.      Penggolongan Tulisan Berdasarkan Rumpun
Dalam buku Nurudin, (2010: 51) menyatakan penggolongan tulisan berdasarkan rumpun adalah sebagai berikut:
ü  Jenis Tulisan
Tulisan Ilmiah
Rumpun Tulisan:
a. Tulisan Kependidikan
b. Tulisan Penelitian

ü  Tulisan Informatif
Rumpun Tulisan:
a. Kisah
Cerita tentang kejadian kehidupan seseorang.
b. Laporan
Laporan adalah bentuk penyajian fakta tentang sesuatu keadaan atau suatu kegiatan yang berkenan dengan tangung jawab yang ditugaskan kepada pelapor
c. Ringkasan
Ringkasan merupakan penyajian singkat dari suatu karangan asli, sedangkan perbandingan bagian atau bab dari karangan asli secara proporsional tetap di pertahankan dalam bentuknya yang singkat atau suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat.
d.Ulasan
e. Artikel
Artikel adalah karangan faktual secara lengkap dengan panjang tertentu yang dibuat untuk dipublikasikan (melalui Koran, majalah, bulletin, dsb
ü  Prosa
Rumpun Tulisan :
a.       Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang ditulis secara naratif: biasanya dalam bentuk cerita. Penulis novelis.     Novel lebih panjang (setidaknya 40.000 kata) dan lebih kompleks dari cerpen, dan tidak dibatasi keterbatasan struktural dan metrikal sandiwara atau sajak. Umumnya sebuah novel bercerita tentang tokoh-tokoh dan kelakuan mereka dalam kehidupan sehari-hari, dengan menitik beratkan pada sisi-sisi yang aneh dari naratif tersebut.
b.      Cerpen
Cerpen merupakan karangan fiktif yang berisi sebagian kehidupan seseorang atau kehidupan yang diceritakan secara ringkas yang berfokus pada suatu tokoh
c.       Fiksi Ilmu
d.      Drama
ü  Puisi
Rumpun Tulisan:
a. Lirik
b. Epik
c. Dramatik
E.       Penggolongan Tulisan Berdasarkan Macam
Dalam buku  Nurudin, (2010: 56) menyatakan penggolongan tulisan berdasarkan macamnya adalah sebagai berikut:
a.         Tulisan Ilmiah
Macam Tulisan:
ü  Tulisan Kependidikan
a. Rumpun Tulisan
Ø Tulisan Kesarjanaan
Misalnya:
a. Paper atau makalah
b. Skripsi
c. Tesis
d. Disertasi
Ø Tulisan Didaktik
Misalnya:
a. Diktat Kuliah
b. Buku pelajaran
Ø Tulisan Referensi
Misalnya:
 a. Kamus
 b. Ensiklopedi
ü  Tulisan Penelitian
a. Rumpun Tulisan
1)   Artikel Jurnal Ilmiah
2)   Makalah Seminar
3)   Naskah Penelitian


BAB VI
KOHESI DAN KOHERENSI PARAGRAF, PENGEMBANGAN PARAGGRAF

A.      Definisi Paragraf
Paragraf  adalah seperangkat kalimat yang membicarakan suatu gagasan atau topik. Kalimat-kalimat dalam paragraf memperlihatkan kestuan pikiran atau mempunyai keterkaitan dalam membentuk gagasan atau topik tersebut(Arifin,2008: 115.
Pembagian paragraf menurut jenisnya
Sebuah karangan (komposisi) biasanya terdapat tiga macam paragraf jika dilihat dari segi jenisnya
1.         Paragraf pembuka
Paragraf ini merupakan pembuka atau pengantar untuk sampai pada segala pembicaraan yang akan menyusul kemudian(Arifin, 2008:122). Paragraf pembuka harus dapat menarik perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yng akan disajikan selanjutnya.
2.         Paragraf pengembang
Paragraf pengembang ialah paragraf yang terletak antara paragraf pembuka dan paragraf yang terakhir sekali didalam bab atau anak bab itu (Arifin, 2008:122). Paragraf pembuka harus dapat menarik dan perhatian pembaca, serta sanggup menghubungkan pikiran pembaca kepada masalah yang akan disajikan selanjutnya.
3.         Paragraf penutup
Paragraf penutup adalah paragraf yang terdapat pada akhir karangan atau pada akhir suatu kesatuan yang lebih kecil didalam krangan itu (Arifin, 2008:122). Biasanya, paragraf penutup berupa simpulan semua pembicaraan yang telah dipaparkan pada bagian-bagian sebelumnya.
Sedangkan pembagian paragraf menurut teknik pemaparannya adalah sebagai berikut
1.         Deskriptif
Deskriptif disebut juga paragraf melukiskan (lukisan) (Arifin,2008:131). Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat didepan mata. Paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak, pembicraanya dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan. 
2.         Ekspositoris
Paragraf ekspositoris disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menampilkan satu objek peninjauan tertuju pada satu unsur saja.   
3.         Argumentatif
Paragraf argumentatif dapat dimasukkan kedalam ekspositoris. Paragraf argumentatif disebut juga persuasi.
4.         Naratif
Karangan narasi biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita, oleh karena itu sebuah karangan narasi atau paragraf  narasi hanya kita temukan dalam novel atau cerpen atau hikayat.
B.       Pengertian Kohesi dan Koherensi Paragaraf
a) Kepaduan Makna (Koherensi)
Suatu paragraf dikatakan koheren, apabila ada kekompakan antara gagasan yang dikemukakan kalimat yang satu dengan yang lainnya. Kalimat-kalimatnya memiliki hubungan timbal balik serta secara bersama-sama membahas satu gagasan utama. Tidak dijumpai satu pun kalimat yang menyimpang dari gagasan utama ataupun loncatan-loncatan pikiran yang membingungkan.
b)Keterpaduan Bentuk (Kohesi)
Koherensi berhubungan dengan isi, maka kohesi atau keterpaduan bentuk berkaitan dengan penggunaan kata-katanya. Bisa saja satu paragraf mengemukakan satu gagasan utama, namun belum tentu paragraf tersebut dikatakan kohesif jika kata-katanya tidak padu.
Jenis-Jenis Paragraf
Dalam buku ( Tarigan, 2008). Berdasarkan fungsinya Paragraf dapat dibedakan atas:
a.     Paragraf Peralihan
paragraf perlihan mengandung celah uaraian yang kosong biasanya, paragraf peralihan memrankan dua fungsi yaitu:
·      merangkumkan dan menilai bahan/uraian terdahului
·      membayangkan bahan uraian/uraian berikutnya.
Paragraf peralihan memperkenalkan baik judul, subjek, maupun pembatasan, seperti terlihat dalam contoh berikut ini:
Membaca merupakan hal yag sangat penting bagi pendidikan. Pemerintah menarik perhatian besar terhadap perpustakaan yang merupakan gudang ilmubangsa kita. Kuantitas dan kualitas perpustakaan kita turut menentukan kemajuan negara kita.
b.    Paragraf Penekanan
paragraf penekanan terdiri atas beberapa kalimat berita singkat (kadang-kadang hanya terdiri atas satu kalimat) yang pada umumnya dimaksudkan untuk mengejutkan para pembaca, menimbulkan reaksi dari mereka, atau memastikan bahwa mereka memperoleh pesan yang jelas dan pokok.
C.      Syarat Pembentukan dan Pengembangan Paragraf
Paragraf yang efektif adalah paragraf yang mengandung kesatuan dan kepaduan. Pembentukan atau pengembangan paragraf, perlu diperhatikan persyaratan-persyaratan berikut.
a).  Kesatuan
Paragraf yang berkesatuan adalah paragraf yang mengandung satu gagasan utama, yang diikuti oleh beberapa gagasan pengembang atau penjelas (Sugihastutik,2007: 74). Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan pokok.
b)Kepaduan
Paragraf yang berkepaduan adalah paragaraf yang memperlihatkan kepaduan antar kalimatnya (Sugihastutik:2007, 74). Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf ialah koherensi atau kepaduan. Sebuah paragraf bukanlah sekedar kumpulan atau tumpukan kalimat-kalimat yang masing-masing berdiri sendiri-sendiri,tetapi dibangun oleh kalimat-kalimat yang mempunyai hubungan timbal balik. Urutan pikiran yang teratur akan memperlihatkan adanya kepaduan, dan pembaca pun dapat dengan mudah memahami/mengikuti jalan pikiran penulis tanpa hambatan karena adanya perloncatan pikiran yang membingungkan.
Kata atau frase transisi yang dapat dipakai dalam karangan ilmiah sekaligus sebagai penanda hubungan dapat dirinci sebagai berikut.
a.    Hubungan yang menandakan tambahan kepada sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya, misalnya: lebih-lebih lagi, tambahan, selanjutnya, di samping itu, lalu, seperti halnya, juga, lagi pula, berikutnya, kedua, ketiga, akhirnya, tambahan pula, demikian juga
b.    Hubungan yang menyatakan perbandingan, misalnya: lain halnya, seperti, dalam hal yang sama, dalam hal yang demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipu.
c.    Hubungan yang menyatakan pertentangan dengan sesuatu yang sudah disebutkan sebelumnya; misalnya: tetapi, namun, bagaimanapun, walaupun demikian, sebaliknya, sama sekali tidak, biarpun, meskipun.
d.   Hubungan yang menyatakan akibat/hasil; misal: sebab itu, oleh sebab itu, karena itu, jadi, maka, akibatnya.
e.    Hubungan yang menyatakan tujuan, misalnya: sementara itu, segera, beberapa saat kemudian, sesudah itu, kemudian
f.      Hubungan yang menyatakan singkatan, misal: pendeknya, ringkasnya, secara singkat, pada umumnya, seperti sudah dikatakan, dengan kata lain, misalnya, yakni, sesungguhnya
g.    Hubungan yang menyatakan tempat, misalnya: di sini, di sana, dekat, di seberang, berdekatan, berdampingan dengan
c)  Kelengkapan
Syarat ketiga yang harus dipenuhi oleh suatu paragraf adalah kelengkapan. Suatu paragraf dikatakan lengkap jika berisi kalimat-kalimat penjelas yang cukup menunjang kejelasan kalimat topik/gagasan utama. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh-contoh berikut ini.
contoh pertama        
Suku Dayak tidak termasuk suku yang suka bertengkar. Mereka tidak suka berselisih dan bersengketa.
D.      Teknik Pengembangan Paragraf
Dalam buku zaenal Arifin(2008,117) mengemukakan bahwa teknik pengembangan paragraf  berikut ini:
a)         Dengan memberikan contoh atau fakta
Menggunakan cara ini penulis hendaknya pandai memilih contoh-contoh ynag umum, contoh yang representative, yang dapat mewakili keadaan yang sebenarnya, dan bukan contoh yang terlalu di cari-cari.
b)        Dengan memberikan alasan-alasan
Cara ini apa yang di nyaakan oleh kalimat topik dianalisis berdasarkan logika, dibuktikan denagan uraian-uraian yang logis denagn menjelaskan sebab-sebab mengapa demikian.
c)         Dengan bercerita
Biasanya pengarang mengungkjapkan kembali peristiwa-peristiwa yang sedang atau sudah berlalu apabila ia mengembangka paragraf dengan cara ini.
Selain itu pengembangan pargaraf dapat ditempuh antara lain dengan cara deduksi dan induksi. Paragraf deduksi adalah salah satu jenis paragraf yang menampilkan kalimat utama atau kalimat topic pada awal paragraf (sugihastuik,2007: 86). Paragraf induksi dalah salah satu jenis paragraf yang menempatkan kalimat utama pada akhir paragraf (Sugihastutik,2007: 86).
Pengembangan Paragraf Berdasarkan Teknik
Pengembangan paragraf yang pertama dapat dilihat dari sudut pandang teknik. Berdasarkan tekniknya pengembangan paragraf dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu (1) pengembangan secara alamiah, dan (2) pengembangan secara logis.
1.         Pengembangan Secara Alamiah
Paragraf yang dikembangkan berdasarkan urutan waktu bersifat kronologis. Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan, dan diikuti oleh kalimat-kalimat yang mengungkapkan waktu peristiwa terjadi, atau waktu kegiatan dilakukan. Paragraf yang dikembangkan dengan cara ini tidak dijumpai.
Adanya kalimat utama atau kalimat topik. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf naratif dan prosedural.
Paragraf  yang dikembangkan berdasarkan urutan ruang atau tempat membawa pembaca dari satu titik ke titik berikutnya dalam sebuah “ruangan”. Hal itu berarti kalimat yang satu mengungkapkan suatu bagian (gagasan) yang terdapat pada posisi tertentu, dan diikuti oleh kalimat-kalimat lain yang mengungkapkan gagasan yang berada pada posisi yang lain. Pengungkapan gagasan dengan urutan ruang ini tidak boleh sembarangan, sebab cara yang demikian akan mengakibatkan pembaca mengalami kesulitan memahami pesan. Paragraf seperti ini biasanya digunakan pada paragraf deskriptif.
2.         Pengembangan Secara Logis
Pengembangan paragraf secara logis maksudnya adalah pengembangan paragraf menggunakan pola pikir tertentu. Pengembangan paragraf secara logis dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu klimaks-antiklimaks, dan umum-khusus. Paragraf yang dikembangkan klimaks-antiklimaks dibagi menjadi dua, yang pertama klimaks, dan yang kedua antiklimaks. Pengembangan paragraf secara klimaks dilakukan dengan cara menyajikan gagasan-gagasan yang berupa rincian yang dianggap sebagai gagasan bawahan, kemudian diakhiri dengan gagasan yang paling tinggi/atas/kompleks kedudukannya atau kepentingannya.
Pola Pengembangan paragraf Induktif- Deduktif
Banyak cara yang dapat digunakan dalam menyampaikan pendapat, di antaranya secara induktif dan deduktif.
Bentuk penyampaian pendapat atau penalaran pendapat secara induktif dan deduktif pun beraneka macam.
1.         Pengembangan paragraf Induktif
Pengembangan induktif dilakukan dengan menyebutkan permasalahan-permasalahan khusus dan berangsur-angsur menuju simpulan (permasalahan umum).
Jenis Pengembangan Induktif yaitu :
• Generalisasi
• Analogi
• Sebab-akibat (kausalitas)
• Generalisasi
Pengembangan secara generalisasi dilakukan dengan mengemukakan hal-hal khusus lalu menarik simpulannya secara umum.
2.         Pengembangan paragraf Deduktif
Pengembangan deduktif menyampaikan hal-hal umum terlebih dahulu, lalu berangsur-angsur menjelaskan hal-hal khusus.

BAB VII
MENULIS RESENSI, IKHWAL TEKNIK EJAAN, CATATAN KAKI, CATATAN PERUT, KUTIPAN, DAN DAFTAR PUSTAKA

A.      Pengertian Resensi
1.  Menulis Resensi        
Resensi dapat diartikan sebagai tulisan yang berisi ulasan, pertimbangan, atau pembicaraan suatu karya (sastra, nonsastra, drama, dan sebagainya).
Agar bisa membuat resensi yang baik, resensator harus memahami :
1.  tujuan pengarang aslinya
Hal ini bertujuan agar resensator mempunyai bahan yang cukup kuat untuk menyampaikan sesuatu pada pembaca
2.  maksud menulis resensi
Resensator harus memahami kewajiban terhadap pembaca dan bagaimana penilaiannya terhadap buku.
2. Tujuan penulisan resensi     
adalah menyampaikan kepada pembaca tentang kualitas hasil karya atau sebuah buku, apakah pantas mendapat sambutan masyarakat atau tidak (menginformasikan kualitas). Simpulan resensi biasanya berusaha meyakinkan pembaca agar membaca buku yang diulas. Adapun penulisan resensi ditujukan dengan maksud sebagai berikut.
1. Membantu pembaca mengetahui gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau hasil karya lainnya secara ringkas.
2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
3. Mengetahui latar belakang dan alasan buku tersebut diterbitkan.
4. Menguji kualitas buku dengan membandingkan terhadap karya dari penulis yang sama atau penulis lainnya.
5. Memberi masukan kepada penulis buku berupa kritik dan saran terhadap cara penulisan, isi, dan substansi buku
Pokok-pokok yang dapat dijadikan sasaran-sasaran penilaian (isi dari sebuah resensi) adalah :
1.  Latar belakang
Penulis dapat memulai resensinya dengan menyajikan latar belakang penulisan buku yang diresensi. Resensator dapat juga mengemukakan tema buku, maksud yang ingin dicapai penulis buku, atau gambaran umum isi buku.
2.  Identitas buku
Identitas buku mencangkup judul, nama penulis, nama penerbit, kota tempat terbit dan informasi lain yang dirasa perlu (misal ditambahkan ketebalan buku, gambar sampulnya).
3.    Macam atau jenis buku
Resensator mengemukakan jenis buku, apakah fiksi atau non fiksi.
4.  Kepengarangan
Kepengarangan adalah bentuk penyajian buku yang dilakukan oleh pengarang, misalnya cara menganalisis masalah yang dilakukan oleh pengarang, cara menyusun kesimpulan, serta gaya bahasa pengarang. Pada bagian ini dapat ditampilkan keunggulan pengarang.
5.Kelebihan dan Kelemahan
Untuk keunggulan buku, resensator dapat membahas kerangka buku, hubungan antara satu bagian dengan bagian yang lain. Apakah hubungan terebut harmonis, jelas, dan memperlihatkan perkembangan yang masuk akal, Apakah ada hubungan sebab akibat antarbagian. Penilaian di sini juga bisa mengemukakan daya tarik buku, keistimewaan buku, kelebihan buku dibanding buku (sejenis) yang lain.
3 . Jenis-jenis Resensi   
Secara garis besar resensi dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Resensi Informatif, yaitu resensi yang hanya menyampaikan isi dari resensi secara singkat dan umum dari keseluruhan isi buku.
2.    Resensi Deskriptif, yaitu resensi yang membahas secara detail pada tiap bagian atau babnya.
3.    Resensi Kritis, yaitu resensi yang berbentuk ulasan detail dengan metodologi ilmu pengetahuan tertentu. Isi dari resensi biasanya kritis dan objektif dalam menilai isi buku.
Namun, ketiga jenis resensi di atas tidak baku karena bisa saja dalam sebuah resensi ketiganya diterapkan secara bersamaan.
4.    Unsur-unsur Resensi
Dalam membuat resensi, terdapat unsure-unsur yang harus dipenuhi agar resensi yang dibuat menjadi jelas dan berkualitas. Berikut ini adalah beberapa unsur yang harus ada dalam pembuatan resensi.
1.      Judul resensi
Judul resensi harus memiliki keselarasan dengan isi resensi yang dibuat. Judul yang menarik juga akan memberi nilai lebih pada sebuah resensi.
2.      Menyusun data buku            
Penyusunan data buku dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Judul buku;
b. Pengarang;
c. Penerbit;
d. Tahun terbit beserta cetakannya;
e. Dimensi buku;
f. Harga buku;
3.   Isi resensi buku 
Isi resensi buku memuat tentang sinopsis, ulasan singkat buku dengan kutipan secukupnya, keunggulan dan kelemahan buku, rumusan kerangka buku dan penggunan bahasa.
4.         Penutup resensi buku 
Pada bagian penutup biasanya berisi alasan kenapa buku tersebut ditulis dan kepada siapa buku tersebut ditujukan.
5.    Tahap Penulisan Resensi
Berikut ini akan dijelaskan tahap-tahap dalam penulisan sebuah resensi buku.
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini, hal yang perlu dilakukan antara lain: memilih jenis buku yang akan diresensi, buku tersebut adalah buku-buku baru, dan membuat anatomi buku.
2. Tahap Pengerjaan
a.    Membaca dengan detail dan mencatat hal-hal penting.
Sebelum membuat resensi, bacalah terlebih dahulu buku yang akan diresensi hingga tuntas lalu mencatat kutipan dan kata-kata penting di dalamnya.
b.    Membuat isi resensi, diantaranya:
• Membuat informasi umum tentang buku yang diresensi.
• Menentukan judul resensi.
• Membuat ringkasan secara garis besar.
• Memberikan penilaian buku.
• Menonjolkan sisi lain dari buku yang diresensi.
• Mengulas manfaat buku tersebut bagi pembaca.
• Penilaian dari segi kelengkapan karya, EYD dan sistematika resensi.
6.       Tips Menulis Resensi
Berikut ini adalah tips dalam menulis resensi:
a.       Cari dan tentukan buku baru nonfiksi yang akan dibuat resensi.
b.      Catatlah identitas buku yang akan diresensi, seperti jenis buku, judul buku, nama pengarang,    nama penerbit, tahun terbit, tahun cetak, jumlah halaman, jenis kertas dan harga buku.
c.       Catat dan pahami tujuan dan latar belakang penulisan buku, dengan cara membaca kata pengantar atau pendahuluan buku. Buatlah daftar pokok-pokok isi buku secara keseluruhan.
d.      Tentukan kelebihan dan kekurangan isi buku.
e.       Tulis ringkasan materi dari buku yang dibuat resensi secara jelas dan sistematis.
f.       Pada akhir resensi berilah saran dan kesimpulan, apakah buku yang kita resensi tersebut layak dibaca atau tidak.
Kesalahan Ihwal Kalimat
1.    Pemborosan kata
“bermacam-macam harapan yang muncul di tengah masyarakat yang menempatkan masa remaja sebagai generasi penerus bangsa.  (paragraf 8 hal 210)
Pemborosan kata yang terjadi pada kalimat ini adalah pengulangan kata “yang” yang sebenarnya tidak perlu dilakukan. Penggunaan kalimat yang benar adalah

“bermacam-macam harapan yang muncul ditengah masyarakat menempatkan masa remaja sebagai generasi penerus bangsa.
2.    Ketidak jelasan kalimat
“pembangunan nasional adalah pembangunan manusia indonesia seutuhnya   (paragraf 1 hal 209)
Dalam ketidak jelasan kalimat pembangunan manusia indonesia seutuhnya dengan kalimat initidak jelas siapa manusia yang sebutkan.
3.    Kelugasan kalimat
“perilaku-perilaku yang bertentangan dengan tradisi yang dianut dalam suatu masyarakat. Perilaku-perilaku tersebut seperti perampokan, tindak kekerasan, lari dari rumah, minum minuman keras, tawuran antar pelajar, dan perilaku destruktif lainnya. ( paragraf 12 hal 211)
Dalam karya  jalur dipermukaan kelugasan atau ketegasan dalam setiap kalimatnya. Pada kalimat diatas kata destruktif adalah bahasa yang sulit bagi masrakat awal mengartikannya. Jadi mempersulit pembaca untuk mengartikannya maksud kalimat. Jadi, kelampauan memakai bahasa perlu ditulis maksudnya apa.
Penulisan yang benar adalah
Perilaku-perilaku yang bertentangan dengan tradisi yang dianut dalam suatu masyarakat. Perilaku-perilaku tersebut seperti perampokan, tindakan kekerasan, lari dari rumah, minum minuman keras, tawuran antar pelajar, dan perilaku kenakalan remaja (destruktif) lainnya.
B.       Pengertian Catatan Kaki
1.    Catatan kaki         
Catatan kaki adalah daftar keterangan khusus yang ditulis di bagian bawah setiap lembaran atau akhir bab karangan ilmiah. Catatan kaki biasa digunakan untuk memberikan keterangan dan komentar, menjelaskan sumber kutipan atau sebagai pedoman penyusunan daftar bacaan/ bibliografi.
Contoh:Ali Mudhafar, Filsafat Ilmu (Yogyakarta : Liberty Yogyakarta, 1996) cet.1, hlm. 2.
2.     Cara Penulisan     
1.        Catatan kaki harus dipisahkan oleh sebuah garis yang panjangnya empat belas karakter dari margin kiri dan berjarak empat spasi dari teks.
2.        Catatan kaki diketik berspasi satu.
3.        Diberi nomor.
4.        Nomor catatan kaki diketik dengan jarak enam karakter dari margin kiri.
5.        Jika catatan kakinya lebih dari satu baris maka baris kedua dan selanjutnya dimulai seperti margin teks biasa (tepat pada margin kiri).
6.        Jika catatan kakinya lebih dari satu maka jarak antara satu catatan dengan catatan yang lainnya adalah sama dengan jarak spasi teks.
7.        Jarak baris terakhir catatan kaki tetap 3 cm dari pinggir kertas bagian bawah.
8.        Keterangan yang panjang tidak boleh dilangkaukan ke halaman berikutnya. Lebih baik potong tulisan asli daripada memotong catatan kaki.
9.        Jika keterangan yang sama menjadi berurutan (misalnya keterangan nomor 2 sama dengan nomor 3, cukup tuliskan kata ibid daripada mengulang-ulang keterangan catatan kaki.
10.    Jika ada keterangan yang sama tapi tidak berurutan, berikan keterangan op.cit., lih [x] [x] merupakan nomor keterangan sebelumnya.
11.    Jika keterangan seperti opcit tetapi isinya keterangan tentang artikel, gunakan loc.cit.
12.    Untuk keterangan mengenai referensi artikel atau buku tertentu, penulisannya mirip daftar pustaka, tetapi nama pengarang tidak dibalik.
3.    Tujuan Catatan Kaki (footnote)
·       Catatan kaki dicantumkan untuk memenuhi kode etik yang berlaku
·       Dapat juga sebagai penghargaan terhadap orang lain yang mungkin berjasda dalam penulisan tersebut
·       Dipergunakan untuk menunjuk kepada sumber dan pernyataan yang dipergunakan dalam teks
4.         Macam-Macam Catatan Kaki (footnote)
Macam-macam kutipan yang  disertai dengan catatan kaki yang didalamnya ada kutipan langsung dan kutipan tidak langsung, serta kutipan tanpa catatan kaki
·       Kutipan langsung
Yaitu salinan persis dari sumbernya tanpa perubahan. Kutipan  ini terdiri dari kutipan langsung kurang dari lima baris dan kutipan langsung terdiri atas limabaris ke atas.
·       Kutipan tidak langsung
Menyadur, mengambil ide dari suatu dan menuliskannya sendiri dengankalimat dan bahasa sendiri. Penulisan diintegrasikan ke dalam teks, tidak diapit tanda petik, spasi sama dengan  teks, dan tidak  mengubah  isi atau  ide penulis aslinya. Penulisan disertai data pustaka  sumber  yang dikutip, dapat berupa catatan kaki atau data pustaka dalam teks.
Cara  menyadur  ada  dua  macam, masing-masing berbeda cara, tujuan dan manfaatnya.Cara pertama yaitu meringkas dan yang kedua adalah membuat  ikhtisar
·       Meringkas
Penyajian suatu karangan atau bagian karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat. Meringkas bertujuan  untuk  mengembangkan ekspresi penulisan, menghemat kata, memudahkan pemahaman naskah asli, dan memperkuat  pembuktian..
Proses meringkas sebagai berikut :
1.Bertolak dari karangan asli
2.Mereproduksi karya asli dalam bentuk ringkasan
3.Menyusun ringkasan dengan mempertahankan keaslian  naskah
·       Membuat ikhtisar
Menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk ringkas, bertolakdari naskah asli, tapi tidak mempertahankan urutan, tidak menyajikankeseluruhan isi, langsung kepada inti bahasan yang terkait denganmasalah yang akan dipecahkan. Ikhtisar memerlukan ilustrasi untukmenjelaskan inti persoalan. Teknik pengetikannya : spasi, huruf danmargin sama dengan teks.
·       Kutipan tanpa catatan kaki
Artikel dan  makalah pendek (kurang dari sepuluh lembar) yang tidakmenggunakan catatan kaki dapat menggunakan data pustaka dalam teks.
Pemikiran yang mendasari penulisan demikian, antara lain :
1.Artikel lazim dimuat di surat kabar dan majalah popular
2.Ruang untuk menuliskan catatan kaki dan bibliografi terbatas
3.Penulis cenderung  menggunakan ragam  popular, dan lain sebagainya
C.      Catatan Perut    
Mungkin sebagian orang akan terasa aneh dan heran mendengar 'catatan perut'. "Perut kok ada catatannya?" Sebenarnya ini merupakan istilah umum dalam kepenulisan ilmiah seperti halnya 'catatan kaki' yang lebih populer. Keduanya adalah bentuk peletakan sumber kutipan atau referensi.
Dibandingkan dengan catatan kaki yang kadang - kadang mengusik pembaca dengan keterangan di bawah tulisan, catatan perut lebih sederhana dan jelas. Karena pada catatan perut hanya terdapat 3 unsur:
1. Nama belakang pengarang
2. Tahun penerbitan
3. Nomor halama
n
Perlu diingat cara penulisannya:
buka kurung+nama belakang pengarang+koma+spasi+tahun penerbitan+titik dua+spasi+nomor halaman+tutup kurung
Penulisan Catatan Perut: “……………………………………………..” (Nama, Tahun : No hal)
Contoh: dialektika adalah etode metafisika yang mendatangkan atau menghasilkan pengetahuan tertinggi (LoreBagus, 1997 Kamus Filsafat, hlm.167       
E.       Pengertian Kutipan
1.      Kutipan.      
Yakub Nasucha (2009: 79) menjelaskan “Pengutipan adalah proses peminjaman kalimat atau pendapat seorang pengarang atau ucapan seseorang yang ahli dalam bidang yang sedang ditulis. Maksudnya adalah bahwa tindakan mengutip pendapat tertulis atau melalui ucapan dari seorang pengarang dan ahli dalam penulisan karya ilmiah adalah dibenarkan, tindakan ini dilakukan dalam upaya memberikan sebuah penjelasan dari topik yang sedang dijelaskan.
2.         Macam Kutipan
Macam dari kutian ada 2, yakni      
1.Kutpan Pendek, adalah kutipan yang memiliki kurang dari 40 kata dan 5 baris atau kalimat.
2.Kutipan Panjang, adalah kutipan yang memiliki lebih dari 40 kata dan 5 baris atau kalimat.
3.         Jenis Kutipan.        
Jenis kutipan ada 3 macam
1.        Yakub Nasucha (2009: 80) menjelaskan ”Kutipan secara langsung, adalah penuls menulis apa adanya teks yang di kutip. Maksudya adalah bahwa penulis tidak mengubah kata-kata dari sebuah kutipan yang dikutipnya, hanya tinggal menyalin saja. Contoh : Kridalaksana (1984: 165) mengemukakan ”ragam bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaiannya yang dibedakan menurut topic, hubungan perilaku, dan medium pembicaraan”.
2.        Yakub Nasucha (2009: 80) menjelaskan “Kutipan secara tidak langsung, adalah penulis menuliskan intisari dari pendapat yang ada di sumber kutipan. Maksudnya adalah bahwa penulis disini tidak menulis semua kata-kata yang ingin dikutip, tapi hanya mengambil pokok atau intinya saja yang bisa mewakili seluruh kutipan yang hendak dikutip. Contoh : dengan demikian, dijelaskan “semakin besar peluang untuk mengembangkan bahasa Indonesia secara lisan dan tertulis untuk semua mahasiswa  yang berlatar belakang belakang berbeda-berbeda” (Rahayu, 2007: 3)
3.        Kutipan yang dikutip dari buku sumber yang sudah berupa kutipan, adalah penulis menulis sebuah kutipan yang memang telah dikutip oleh pihak lain terlebih dahulu. Contoh : Ketentuan Penulisan daftar isi seperti dikemukakan Bambang Dwiloka (2005: 99)adalah “judul bagian makalah ditulis dengan menggunakan huruf kecil, penulisan judul bagian dan judul subbagian dilengkapi dengan nomor halaman, tempat pembuatannya dalam makalah, dan penulisan daftar isi dilakukan dengan menggunakan spasi tunggal dengan antarbagian dua spasi”.
F.        Pengertian Daftar Pustaka
Yakub Nasucha (2009: 84) menjelaskan “daftar pustaka adalah daftar yang memuat sejumlah pustaka atau sumber lain yang digunakan penulis untuk mendukung pendapatnya, membedakan pendapatnya dengan ahli lain, atau hanya sekedar memberikan informasi bahwa ahli lain memiliki pendapat yang tidak sejalan dengan pendapatnya. Maksudnya adalah bahwa daftar pustaka itu memuat sejumlah pustaka dari beberapa ahli lain yang menandakan bahwa penulis mempunyai etika kepada seseorang yang telah menulis atau melakukan kajian terhadap permasalahan terlebih dahulu.
Berikut beberapa cara menulis daftar pustaka:
1.        Cara Menulis Daftar Pustaka Berupa Buku: ditulis berurutan mulai dari nama penulis, tahun penerbitan buku, judul buku, tempat penerbitan, dan nama penerbitan.
ü Contoh daftar pustaka satu nama: Keraf,Gorys. 2005. Komposisi. Flores: Nusa Indah
ü Contoh daftar pustaka dua nama : Alwi, Hasan, Hans Lapoliwa. 2003. Tatabahasa Buku Bahasa Indonesia . Jakarta : Balai Pustaka.
ü Contoh daftar pustaka tiga nama : Munawwir, Ahmad Warson, Al-Munawwar. 1984. Kamus Arab – Indonesia. Yogyakarta : Pondok Pesantren Al-Munawwir  Krapyak.
2.        Cara menulis Daftar Pustaka Cara menulis Daftar Pustaka Yang berasal dari Buku Kumpulan Artikel:
Penulisannya sama dengan cara di atas, hanya ditambah dengan tulisan (Ed) diantara nama 
ü Contoh:Dick, Hartoko (Ed.). 2004. Golongan cendekiawan : Mereka yang Berumah di Angin. Jakarta: Gramedia.
3.        Cara menulis Daftar Pustaka dengan Mengambil Satu Artikel dari Buku Kumpulan Artikel.
Nama penulis artikel ditulis di depan diikuti tahun penerbitan, judul artikel yang diapit oleh tanda kutip tanpa huruf miring. Setelah itu ditulis nama editor, judul buku kumpulan artikel, dan nomor halaman.
ü Contoh: Geertz, Clifford. 2003. “Cendekiawan di Negara Berkembang”. Dalam Kemala Sartika (Ed.) , menjelajah Cakrawala: Kumpulan Karya Visioner Soedjatmiko. Jakarta: Gramedia
4.         Cara menulis Daftar PUstaka yang Berasal dari Artikel dalam Jurnal.
Nama penulis artikel ditulis di depan diikuti tahun, judul artikel, nama jurnal, tahun, dan nomor.
ü Contoh: Hanafi, A. 1989. “Partisipasidalam Siaran Pedesaan dan Pengadopsian Inovasi”. Forum Penelitian, 1(1): 33-47.
5.        Cara Menulis Daftar Pustaka yang Berasal dari Artikel Majalah atau Koran.
Nam Penulis ditulis terlebih dahulu dilanjutkan dengan tanggal, bulan, dan tahun (jika ada). Nama majalah atau Koran dicetak miring diikuti dengan domor halaman.
ü Contoh: Gardner, H. 1998. “Do Babies Sing A Universal Song?”. Psychological Today, hal.70
6.        Cara menulis Daftar Pustaka dari Koran Tanpa Penulis.
Nama Koran ditulis terlebih dahulu diikuti dengan tanggal, bulan, tahun terbit, judul, dan nomor halaman.
ü Contoh:Kompas. 18 Maret 2005. “Rawan Pangan, Tanpa Basis Sumber Daya Lokal”, hal. 41.
7.        Daftar Pustaka di Karya Terjemahan.
Nama penulis asli ditulis terlebih dahulu diikuti tahun terbit tulisan asli, judul terjemahan, nama penerjemah tahu terjemahan, nama tempat penerbitan dan nama penerbit terjemahan.
ü Contoh: Eangleton, Terry. 1988. Teori Sastra: Satu Pengenalan. Terjemahan oleh Mohammad Haji Saleh.2004. kualahlumpur: Dewan Baasa dan Pustaka.
8.        Daftar Pustaka dari Skripsi, Tesis, atau Disertasi        
Nama penulis diikuti dengan tahun yang tercantum pada sampul, judul skripsi,tesis, atau disertasiyang diapit dengan tanda kutip, diikuti jenis karya ilmiah, nama kota tempat perguruan tinggi, nama fakultas, dan nama perguruan tinggi.
ü Contoh: Paramita, Pradnya.2007. ”Pengaruh Bioteknologi Pertanian terhadap Proses Pematangan Tomat”.Skripsi. Surakarta: Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret .
9.        Daftar Pustaka dari Internet      
Nama Penulis diikuti dengan tahun, judu karya yang diapit tanda kutip, diakhiri alamat sumber pustaka dan tanggal akses.
ü Contoh: Herusanto. 2002.” Bioteknologi Pertanian” (online),(http://www.chang.jayaHeru.com/Biotekpertan04.htm, diakses tanggal 12 Desember 2002).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar