BAB
V
BENTUK-BENTUK
TULISAN
A.
Pengertian Paragraf
Paragraf
merupakan sekumpulan kalimat yang saling berkaitan antara kalimat satu
dengan kalimat yang lainnya. Paragraf juga disebut karangan singkat, karena
dalam bentuk itulah penulis menuangkan ide atau fikirannya sehingga membentuk
topik atau tema pembicara. Adapun pikiran ide atau gagasan yang dilisankan
disebut paratone atau padu. Jadi paratone dan paragraf sesungguhnya merujuk
pada hal sama, yakni kesatuan pengungkapan pikiran idea tau gagasan. Setiap
paragraf dan paratone dikendalikan oleh satu ide pokok. Ide pokok harus dikemas
dalam sebuah kalimat, yakni kalimat topik atau kalimat utama. ( Burhan, 1998 )
Paragraf adalah seperangkat kalimat yang
membicarakan suatu gagasan atau topic.Sebuah paragraf mungkin terdiri atas
sebuah kalimat, mungkin terdiri atas dua buah kalimat, mungkin juga lebih dari
dua buah kalimat.Walaupun paragraf itu mengandung beberapa kalimat, tidak
satupun dari kalimat-kalimat itu yang memperkatakan soal lain.Seluruhnya
memperbincangkan satu masalah atau sekurang-kurangnyabertalian erat dengan
masalah itu. (Arifin,Zainal,2000 : 113)
B.
Bentuk-Bentuk
Tulisan
Bentuk-bentuk paragraf ada 5 jenis yaitu
naratif, deskriptif, argumentatif, persuasif dan eksposisi. Berikut
penjelasannya :
1.
Paragraf Naratif
Merupakan
karangan yang biasanya dihubung-hubungkan dengan cerita. Oleh sebab itu, sebuah
karangan narasi atau paragraf narasi hanya kita temukan dalam novel, cerpen
atau hikayat.(Arifin,Zainal,2009 : 132-133)
Narasi
adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya
kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi. Atau dapat dikatakan sebagai
suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan
dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu.
Narasi berusaha menjawab pertanyaan “Apa yang telah terjadi?”.(Keraf,2007 :
136)
Paragraf Naratif adalah paragraf
berbentuk kisahan yang terdiri atas kumpulan yang disusun secara kronologis
(menurut urutan waktu) sehingga menjadi suatu rangkaian. Dalam karangan
naratif, kita harus bisa menghadirkan tulisan yang membawa pembaca pada
petualangan seperti yang kita alami. Dengan demikian, para pembaca akan
merasa-kan urutan waktu yang digambarkan dalam tulisan. Urutan waktu yang diisi
dengan berbagai kegiatan tersebut akan menghasilkan tulisan naratif yang
menarik untuk dibaca.
Teks naratif terdiri dari tiga bagian utama:
1.
Orientation yaitu bagian dimana
pengarang melukiskan dunia untuk ceritanya, dibagian inilah diperkenalkan
dimana dan kapan peristiwa terjadi serta para tokoh;
2.
Complication yaitu bagian dimana
tokoh utama menghadapi rintangan dalam mencapai cita - citanya, bagian dimana
komplik mulai terjadi.
3.
Resolution yaitu bagian permasalahan
yang dihadapi tokoh utama diselesaikan. Pada bagian ini mempunyai dua
kecendrungan, yaitu mengakhiri cerita dengan kebahagiaan (happy ending) dan
atau mengakhiri cerita dengan kesedihan (sad ending), tetapi ada juga teks
naratif yang membiarkan pembaca/ pendengar menebak akhir cerita.
Ciri-ciri
paragraf naratif :
ü
Ada tokoh,
tempat, waktu, dan suasana.
ü
Memiliki
urutan waktu dan urutan peristiwa.
ü
Terdapat
di fiksi dan nonfiksi.
Menurut Keraf (2000:136), ciri paragraf
naratif yaitu:
ü Menonjolkan
unsur perbuatan atau tindakan.
ü Dirangkai
dalam urutan waktu.
ü Berusaha
menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?
ü Ada
konfiks.
Pola
pengembangan:
Narasi ekspositoris adalah cerita yang benar-benar terjadi misalnya
tentang cerita kepahlawanan, sejarah, biografi/autobiografi, cerita nyata dalam
surat kabar. Sedangkan narasi sugestif adalah cerita yang menonjolkan khayalan
sehingga pembaca terkesan dan tertarik dan seakan-akan merasa mengalami cerita
tersebut seperti novel dan cerpen.
Perbedaan :
a. Narasi ekspositoris
·
Memperluas
pengetahuan.
·
Menyampaikan
informasi mengenai suatu kejadian.
·
Didasarkan
pada penalaran untuk mencapai kesepakatan rasional.
·
Bahasanya
lebih condong ke bahasa informative dengan titik berat pada penggunaan
kata-kata denotative.
b.
Narasi sugestif
·
Menyampaikan
suatu makna atau suatu amanat yang tersirat.
·
Menimbulkan
daya khayal.
·
Penalaran
hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna, sehingga kalau perlu penalaran
dapat dilanggar.
·
Bahasanya
lebih condong ke bahasa figurative dengan menitik beratkan penggunaan kata-kata
konotatif.
Bentuk-bentuk khusus narasi :
a. Autobiografi dan Biografi.
b. Anekdot dan Insiden.
c. Sketsa.
d. Profil.
(Keraf,2007 : 135-144)
Unsur-unsur
dan Tujuan Paragraf Narasi
Sebuah paragraf narasi dapat dibangun dengan unsur-unsur berikut:
1. Tema
adalah pokok pembicaraan yang menjadi dasar penceritaan penulis
2. alur
adalah jalinan cerita, bagaimana cerita itu disusun sehingga peristiwa demi
peristiwa dapat terjalin dengan baik
3. Watak
atau karakter berhubungan dengan perangai si pelaku atau tokoh dalam suatu
narasi
4. Suasana
berhubungan dengan kesan yang ditimbulkan sehingga pembaca dapat ikut
membayangkan dan merasakan suasana yang dihadapi pelaku
5. Sudut
pandang berhubungan dengan darimana penulis memandang suatu peristiwa
Tujuan menulis karangan narasi
secara fundamental yaitu:
a. Hendak
memberikan informasi atau wawasan dan memperluas pengetahuan.
b. Memberikan
pengalaman estetis kepada pembaca.
Contoh
paragraf naratif:
Malam itu ayah
kelihatan benar-benar marah. Aku sama sekali dilarang berteman dengan umar.
Bahkan ayah mengatakan bahwa aku akan diantar jemput ke sekolah. Itu semua
gara-gara budi yang telah memperkenalkan aku dengan vivi.
2.
Paragraf Deskriptif
Kata
deskripsi berasal dari bahasa latin discribere yang berarti gambaran,
perincian, atau pembeberan. Deskripsi adalah karangan yang
menggambarkan suatu objek berdasarkan hasil pengamatan, perasaan dan
pengalaman penulisnya. Tujuannya adalah pembaca memperoleh kesan
atau citraan sesuai dengan pengamatan, perasaan, dan pengalaman penulis
sehingga seolah-olah pembaca yang melihat, merasakan, dan mengalami
sendiri obyek tersebut. Untuk mencapai kesan yang sempurna, penulis
deskripsi merinci objek dengan kesan, fakta, dan citraan.
Deskripsi merupakan salah satu
teknik menulis menggunakan detail dengan tujuan membuat pembaca seakan-akan
berada di tempat kejadian, ikut merasakan, mengalami, melihat dan mendengar
mengenai satu peristiwa atau adegan. Menulis deskripsi bisa membuat karakter
yang digambarkan lebih hidup gambarannya di benak pembaca.
Sebuah obyek dalam deskripsi tidak
hanya terbatas pada sesuatu yang dapat dilihat, didengar, dicium, diraba, dan
dirasa saja, tetapi dapat pula berupa perasaan hati seperti rasa cemas, rasa
takut, rasa jijik, rasa kasih, rasa cinta, rasa haru, dan sebagainya.
Penulis deskripsi yang baik, akan
berusaha untuk melukiskan suatu obyek dengan sejelas-jelasnya. Dalam hal ini,
seluruh pancaindera penulis harus aktif dan peka. Ia berusaha menyajikan
perincian-perincian sedemikian rupa dengan pengalaman-pengalaman faktualnya.
sehingga obyek betul-betul kelihatan hidup.
Deskripsi pada dasarnya tidak dapat
berdiri sendiri. Ia hanya menjadi alat bantu dalam suatu karangan. Dalam
paparan atau eksposisi, deskripsi berperan untuk menghidupkan pokok
pembicaraan. menghindarkan kebosanan dan keengganan pembaca, serta menambah
kejelasan. Dalam sebuah karya narasi rekaan (karya fiksi), deskripsi juga
bersifat fiktif dan berfungsi untuk menghidupkan cerita. Sedangkan dalam karya
yang berbentuk argumentatif, deskripsi digunakan secara efektif untuk lebih
meyakinkan pembaca. Paragraf deskriptif disebut juga
paragraf melukiskan ( lukisan ). Paragraf ini melukiskan apa yang terlihat di
depan mata. Jadi, paragraf ini bersifat tata ruang atau tata letak.
Pembicaraannya dapat berurutan dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan.
Dengan kata lain, deskriptif berurusan dengan hal-hal kecil yang tertangkap
oleh panca indera. (Arifin,Zainal,2009 : 131)
Ciri-ciri paragraf deskriptif :
· menggambarkan
suatu objek,
·
penggambaran tersebut dilakukan
sejelas-jelasnya dengan melibatkan kesan indera,
· bertujuan
seolah-olah pembaca melihat sendiri objek.
Pola pengembangan:
· objektif
yaitu penggambaran objeknya tidak disertai opini penulis,
· subjektif
yaitu penggambaran objeknya disertai opini penulis,
· spasial
yaitu menggambarkan objek secara detail (ruangan, benda, tempat),
· waktu yaitu
dikembangkan berdasarkan waktu peristiwa cerita itu terjadi.
Secara umum, paragraf deskripsi dibedakan atas dua macam,
yaitu :
1. Deskripsi
Imajinatif/Impresionis adalah paragraf yang melukiskan ruang atau tempat
berlangsungnya suatu peristiwa. Pelukisannya harus dilihat dari berbagai segi
agar ruang tersebut tergambar dengan jelas dalam pikiran dan perasaan pembaca.
Contoh :
Malam gelap gulita di hulu sungai
Brantas. Ketahuan. Sebentar-sebentar hiruk pikuk yang tiada berketentuan itu
menjadi satu dengan gegap gempita yang mendasyatkan dan mengecilkan hati,
pertanda seorang raja rimbah alah jatuh ke tanah untuk selama-lamanya.
Ramai peperangan di rimba itu dan
rupanya tak akan berhenti. Tak ada kasihan- mengasihani, yang rebah tinggal
rebah, tak akan ada yang mengangkatnya.
Sekali-kali terang cuaca hutan
belantara itu, seperti diserang api. Tetapi kenyataanya dalam sekejap mata
hilangnya cahaya yang berani menyerbukan dirinya ke tengah peperangan itu, dimusnakan
oleh musuh lamnya “raja gulita”.
2.
Deskripsi
faktual/ekspositoris
Paragraf yang menggambarkan suatu
hal atau orang dengan mengungkapkan identitasnya secara apa adanya sehingga
pembaca dapat membayangkan keadaannya. Agar suatu objek mampu membangkitkan
daya khayal pada diri pembaca, penulis harus melukiskannya dari berbagai sudut
pandang. Semakin rinci penulisannya, semakin jelas tergambar dalam bayangan
pembaca.
Apabila objek yang dilukiskan itu
adalah seseorang, perinciannya dapat dilakukan terhadap aspek fisik maupun
aspek rohaninya. Aspek rohani meliputi perasaan, watak, bakat, peranannya dalam
suatu bidang kerja dsb.
Contoh :
Di
sudut dekat pintu duduk seorang laki-laki. Namanya Paijo. Dia memakai celana
pendek dan baju kaos yang telah sobek-sobek, yang melukiskan kemelaratan dan
kemiskinan yang sehari-hari dideritanya. Pada dadanya yang bidang dan berisi,
lengannya yang kukuh penuh urat dapat dilihat betapa berat pekerjaan
sehari-harinya.
Air
mukanya yang keruh, pipinya yang kempis dan matanya yang cekung menyatakan
bahwa jalan hidup yang telah ditempuhnya penuh rintangan dan duri.
3.
Paragraf Argumentatif
Paragraf argumentatif sebenarnya dapat dimasukkan ke dalam
eksposisi. Paragraf argumentatifdisebut juga persuasi. Paragraf ini lebih
bersifat membujuk atau meyakinkan pembaca terhadap suatu hal atau objek.
Biasanya, paragraf ini menggunakan perkembangan analisis.
Argumentasi adalah suatu bentuk retorika yang berusaha memengaruhi
sikap dan pendapat orang lain, agar mereka percaya dan akhirnya bertindak
sesuai dengan yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Melalui argumentasi,
penulis berusaha merangkaikan fakta-fakta sedemikian rupa, sehingga ia mampu
menunjukkan apakah suatu pendapat atau suatu hal benar atau tidak. Argumentasi
merupakan dasar yang paling fundamental dalam ilmu pengetahuan. Dalam ilmu
pengetahuan, argumentasi tidak lain adalah usaha untuk mengajukan bukti-bukti
atau kemungkinan-kemungkinan untuk menyatakan sikap atau pendapat mengenai
suatu hal.( Keraf,2007 : 3)
Ciri-ciri
paragraf argumentatif:
·
Nonfiksi.
·
Bertujuan
meyakinkan orang bahwa yang di utarakan adalan kebenaran.
·
Memiliki
bukti.
·
Memiliki
kesimpulan.
Pola
pengembangan:
·
Sebab
–Akibat, bermula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai sebab yang
diketahui lalu bergerak maju menuju pada suatu kesimpulan sebagai efek akibat.
·
Akibat-Sebab,
bermula bertolak dari suatu peristiwa yang dianggap sebagai akibat yang
diketahui lalu bergerak menuju sebab-sebab yang telah menimbulkan suatu akibat.
Contoh
paragraf argumentatif:
Dua tahun terakhir, terhitung sejak
Boeing B-737 milik maskapai penerbangan Aloha Airlines celaka, isu pesewat tua
mencuat ke permukaan. Ini bisa dimaklumi sebab pesawat yang badannya koyak
sepanjang 4 meter itu sudah dioperasikan lebih dari 19 tahun. Oleh karena itu,
cukup beralasan jika orang menjadi cemas terbang dengan pesawat berusia tua. Di
Indonesia, yang mengagetkan, lebih dari 60% pesawat yang beroperasi adalah
pesawat tua. Amankah? Kalau memang aman, lalu bagaimana cara merawatnya dan
berapa biayanya sehingga ia tetap nyaman dinaiki?
4.
Paragraf Persuasif
Paragraf
persuasi merupakan paragraf yang bertujuan meyakinkan dan membujuk seseorang
atau pembaca agar melaksanakan / menerima keinginan penulis.
Persuasi
adalah seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang agar melakukan
sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan
datang.karena tujuan terakhir adalah agar pembaca atau pendengar melakukan
sesuatu, maka persuasi dapat dimasukkan pula dalam cara-cara untuk mengambil
keputusan. Mereka yang menerima persuasi harus mendapat keyakinan, bahwa
keputusan yang diambilnya merupakan keputusan yang benar dan bijaksana dan
dilakukan tanpa paksaan. Oleh sebab itu, ia juga memerlukan upaya-upaya
tertentu untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai keinginannya. Upaya
yang dapat digunakan adalah menyodorkan bukti-bukti. Bentuk-bentuk persuasi
yang umumnya dikenal yaitu: propaganda yang dilakukan oleh golongan-golongan
atau badan-badan tertentu, iklan-iklan dalam surat kabar, majalah, atau media
masa lainnya, selebaran-selebaran, kampanye lisan, dan sebagainya. Semua bentuk
persuasi tersebut menggunakan pendekatan emotif, yaitu berusaha membangkitkan
dan merangsang emosi para hadirin. Dalam propaganda terdapat lebih banyak usaha
untuk membangkitkan dan merangsang emosi, misalnya rasa kebencian bila
menyangkut ideology, atau rasa heroism untuk melawan atau menyokong suatu
kelompok, dan sebagainnya. (Keraf,2007 : 118)
Dasar-dasar
paragraf persuasi :
a.
Watak dan Kredibilitas
Watak
dan seluruh kepribadian pembicara atau penulis dapat diketahui dari seluruh
pembicaraan atau karangannya. Kepercayaan (kredibilitas) terhadap pembicara
atau penulis akan timbul bila hadirin tahu bahwa pembicara mengetahui dengan
baik persoalan yang tengah dibicarakan. Kepercayaan juga akan timbul jika
pembicara atau penulis jujur pada para hadirin; bila ia dengan terbuka menjawab
semua pertanyaan dan menerima semua kritik yang dilontarkan secara simpatik.
b.
Kemampuan mengendalikan emosi
Mengendalikan
emosi diartikan baik sebagai kesanggupan pembicara untuk mengobarkan emosi dan
sentiment hadirin, maupun kesanggupan untuk merendahkan atau memadamkan emosi
dan sentiment itu bila perlu.
c.
Bukti-bukti
Terkait
dengan emosi, walaupun emosi merupakan unsur pentingdalam persuasi, namun
fakta-fakta tetap merupakan factor yang dapat menanamkan kepercayaan untuk
persuasi. Yang terpenting adalah bagaimana fakta yang sekadarnya itu disodorkan
dapat dijalin dengan faktor-faktor emosional, sehingga dapat tercapai maksud
pembicara.
Teknik-teknik
persuasi
a. Rasionalisasi
Suatu proses penggunaan
akal untuk memberikan suatu dasar pembenaran kepada suatu persoalan, dimana
dasar atau persoalan itu tidak merupakan sebab langsung dari masalah itu.
Rasionalisasi dalam persuasi akan berlangsung dengan baik bila pembicara atau
penulis mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dan keinginan hadirin, serta
bagaimana sikap dan keyakinan mereka.
b. Identifikasi
Dengan
menganalisa hadirin dan seluruh situasi, maka pembicara dengan mudah dapat
mengidentifikasi dirinya dengan hadirin.
c.
Sugesti
Sugesti
adalah suatu usaha membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk menerima suatu
keyakinan atau pendirian tertentu tanpa member suatu dasar kepercayaan yang
logis pada orang lain yang dipengaruhi.
d. Konformitas
Konformitas
adalah suatu keinginan atau suatu tindakan untuk membuat diri serupa dengan
sesuatu hal yang lain.
e. Kompensasi
Kompensasi
adalah suatu tindakan atau suatu hasil dari usaha untuk mencari suatu pengganti
bagi sesuatu hal yang tak dapat diterima, atau suatu sikap atau keadaan yang
tidak dapat dipertahankan.
f. Penggantian
Penggantian
adalah suatu proses yang berusaha menggantikan suatu maksud atau hal yang
mengalami rintangan dengan suatu maksud atau hal lain yang sekaligus juga
menggantikan emosi kebencian asli, atau kadang-kadang emosi cinta kasih yang
asli.
g. Proyeksi
Proyeksi
adalah suatu teknik untuk menjadikan sesuatu yang tadinya adalah subyek menjadi
obyek. (Keraf,2007
: 124-131)
Ciri-ciri paragraf persuasif:
· Memiliki
fakta/bukti untuk mempengaruhi pembaca.
· Bertujuan
mempengaruhi pembaca.
· Menggunakan
bahasa yang menarik dan memberi kesan kepada pembaca.
Contoh
paragraf persuasi:
Tidak dapat disangkal bahwa praktik
berpidato menjadi semacam “obat kuat” untuk membangun rasa percaya diri. Jika
rasa percaya diri itu sudah besar, kita dapat tampil tenang tanpa digoda rasa
malu, takut dan grogi. Ketenangan inilah yang menjadi modal utama untuk meraih
keberhasilan berpidato.oleh karena itu, marilah kita melaksanakan praktik
berpidato agar kita segera memperoleh keterampilan atau bahkan kemahiran berpidato.
5.
Paragraf Eksposisi
Paragraf
eksposisi disebut juga paragraf paparan. Paragraf ini menempilkan suatu objek.
Peninjauannya tertuju pada satu unsur saja. Penyampaiannya dapat menggunakan
perkembangan analisis kronologos atau keruangan. (Arifin,Zainal,2009 : 131)
Paragraf ekspositif adalah paragraf yang bertujuan untuk
menjelaskan dan menerangkan sesuatu permasalahan kepada pembaca agar pembaca
mendapat gambaran yang sejelas-jelasnya tentang sesuatu permasalahan yang
dimaksud pengarang.
Paragraf Eksposisi adalah paragraf atau karangan yang
mempunyai tujuan untuk memberikan informasi tentang sesuatu sehingga bisa
memperluas pengetahuan pembaca. Paragraf eksposisi
bersifat ilmiah/ nonfiksi. Sumber karangan paragraf eksposisi ini bisa diperoleh
dari hasil pengamatan, penelitian atau pengalaman.
Ciri-ciri paragraf eksposisi:
·
Nonfiksi/ilmiah.
·
Bertujuan menjelaskan.
·
Berdasarkan fakta.
·
Tidak mempengaruhi.
Pola pengembangan:
· Pola
umum-khusus (deduksi) dimulai dari hal-hal yang bersifat umum kemudian
dijelaskan dengan kalimat pendukung yang khusus.
·
Pola khusus-umum (induksi) dimulai dari hal-hal
bersifat khusus kemudian dijelaskan dengan kalimat yang bersifat umum.
·
Pola
perbandingan yaitu membandingkan dengan hal yang lain, berdasarkan unsur kesamaan
dan perbedaan, kerugian dan keuntungan (jika dibandingkan dengan, seperti
halnya, demikian juga, sama dengan, selaras dengan, sesuai dengan).
·
Pola
pertentangan yaitu mempertentangkan dengan gagasan lain (biarpun, walaupun,
berbeda, berbeda dengan, akan tetapi, sebaliknya, melainkan, namun, meskipun
begitu).
·
Pola
analogi yaitu menunjukan kesamaan antara dua hal yang berlainan kelas tetapi
memperhatikan kesamaan segi/fungsi dari dua hal tersebut sebagai ilustrasi.
·
Pola
pengembangan proses yaitu ide pokok paragraf disusun berdasarkan urutan proses
terjadinya sesuatu.
·
Pola
pengembangan klasifikasi yaitu mengelompokkan barang-barang yang dianggap
mempunyai kesamaan tertentu.
·
Pola
pengembangan ilustrasi/contoh yaitu berfungsi untuk memperjelas uraian (umpamanya,
misalnya.
·
Pola
pengembangan definisi yaitu berupa pengertian atau istilah yang terkandung
dalam kalimat topic yang memerlukan penjelasan panjang lebar agar tepat
maknanya.
·
Pola
sebab-akibat yaitu dimana sebab bisa bertindak sebagai gagasan utama, sedangkan
akibat sebagai perincian pengembangannya atau sebaliknya.
Contoh
- contoh Paragraf Eksposisi :
1. Eksposisi definisi
Metonimi merupakan
jenis gaya kias yang menggunakan kata-kata untuk pengertian yang lebih luas
atau yang lebih sempit dari artinya yang lazim. Kata-kata dengan makna
luas atau menyempit digunakan untuk menamai hal-hal atau sesuatu yang
dimaksudkan.
2. Eksposisi Proses
Energen, nutrisi empat
sehat lima sempurna dapat disajikan dengan mudah. Tuangkan energen ke
dalam gelas. Tambahkan 150 ml air hangat dan aduk hingga merata. Energen
hangat siap dihidangkan.
3. Eksposisi klasifikasi
Sistem penamaan
jenis-jenis kritik sastra bervariasi, bergantung pada pendekatan yang
digunakan. Pendekatan moral menekankan pertalian karya sastra dengan
wawasan moral dan agama. Pendekatan historis, bekerja atas dasar lingkungan
karya sastra berkaitan dengan fakta-fakta dari zaman dan hidup pengarang.
Pendekatan impresionistik, yang menjadi ciri khas aliran sastra romantik,
menekankan efek personil karya sastra pada kritikusnya.
4. Eksposisi ilustrasi
Dalam tubuh manusia
terdapat aktivitas seperti pada mesin mobil. Tubuh manusia dapat mengubah
energi kimiawi yang terkandung dalam bahan–bahan bakarnya-yakni makanan yang
ditelan menjadi energi panas dan energi mekanis. Nasi yang Anda makan akan
dibakar dalam tubuh sebagaimana bensin dibakar dalam silinder mesin mobil.
Sebagian dari energi kimiawi yang disediakan oleh nasi itu diubah menjadi
energi panas yang membuat tubuh tetap hangat. Sebagian lagi berubah menjadi energi
mekanis yang memungkinkan otot-otot dapat memompa darah dalam tubuh atau
menggerakkan dada pada waktu bernapas.
5. Eksposisi perbandingan
Tinju bukanlah jenis
olah raga yang banyak peminatnya. Yang banyak adalah penggemarnya. Berbeda
dengan olah raga jalan kaki. Peminatnya banyak, penggemarnya sedikit. Tidak ada
orang yang menonton orang lain berjalan kaki.
6. Eksposisi pertentangan
Orang yang gemar
bersepeda umumnya orang yang suka pada alam. Sebaliknya, orang yang tak pernah
bersepeda kebanyakan orang kota yang ke mana-mana terbiasa naik mobil
nyaman. Mereka akan menggerutu jika menemui jalan sempit di desa-desa.
7. Eksposisi laporan
Para pedagang daging
sapi di pasar-pasar tradisional mengeluhkan dampak pemberitaan mengenai impor
daging ilegal. Sebab, hampir seminggu terakhir mereka kehilangan pembeli
sampai 70 persen. Sebaliknya, permintaan terhadap daging ayam dan telur kini
melejit sehingga harganya meningkat.
8. Eksposisi Induktif
Sebuah rumah warga di
kecamatan Purbalingga Wetan kemasukan pencuri. Saat itu rumah kosong dan tak
terkunci. Pemilik rumah mengaku sedang pergi berbelanja ke warung yang jauhnya
hanya 2 kompleks dari rumahnya. Tak ada saksi yang mengetahui. Hanya ada bukti
bekas almari yang di buka secara paksa. Diduga jumlah nilai barang yang dicuri mencapai
puluhan juta rupiah.
9. Eksposisi Deduktif
Banjir besar terjadi di
berbagai daerah di ibukota. Diduga ini disebabkan oleh tingginya curah hujan
dan sampah-sampah yang menyumbat saluran air.Nasib buruk masih menimpa
daerah-daerah tersebut karena banjir masih tinggi, bantuan berupa obat-obatan
serta bahan makanan sulit didistribusikan ke daerah-daerah tersebut.
Contoh
paragraf eksposisi:
Pasar Tanah Abang adalah yang kompleks.
Di lantai dasar terdapat Sembilan puluh kios penjual kain dasar. Setiap hari rata-rata
terjual tiga ratus meter untuk setiap kios. Dari data ini dapat diperkirakan
berapa besarnya uang yang masuk ke kas DKI dari Pasar Tanah Abang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar